Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arab Saudi, Geografis dan Genealogis

16 Agustus 2023   18:50 Diperbarui: 19 Agustus 2023   14:23 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kayu Wangi Arab Saudi/Dokpri


Dalam hubungan antara daratan dan lautan, dikenal formasi geografis bernama Tanjung. Daratan yang menjorok ke lautan. Tanjung berkebalikan dengan Teluk. Formasi geografis dimana lautan yang menjorok ke daratan.

Di Indonesia, diantara Tanjung yang terkenal adalah Priuk atau Tanjung Priuk. Sebuah Kecamatan di Jakarta Utara. Adapun Tanjung lebih besar lagi ada di Sumatra; Tanjung Pinang. Sebuah Kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Sebagai formasi geografis, luasan Tanjung tidak hanya membentuk Kecamatan atau Kota tetapi juga bisa membentuk kumpulan negara-negara karena saking luasnya. Tanjung yang lebih luas inilah disebut dengan Semenanjung.

Berdekatan dengan Indonesia, salah satu Semenanjung yang dikenal dunia adalah Semenanjung Malaya. Di Semenanjung inilah ada empat negara yaitu Myanmar, Thailand, Malaysia dan Singapura.

Sebagaimana Semenanjung yang luasannya diatas Tanjung, maka diatas Semenanjung pun ada yang lebih luas lagi. Formasi geografis ini disebut dengan Jazirah.

Di dunia ini, Semenanjung terbesar adalah Semenanjung Arabia. Kerap disebut dengan Jazirah Arab karena didiami bangsa Arab. Daerah paling panas dan kering di dunia tempat berdiri tujuh negara negara Arab, yaitu Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Bahrain.

Namun bila formasi geografis Jazirah juga meliputi wilayah utara yang menempel dengan daratan utama, maka negara-negara yang berada di Jazirah Arab ini bertambah menjadi 11. Karena di sebelah utara Semenanjung terdapat Irak, Suriah, Libanon dan Israel.

Dari seluruh negara yang berada di Jazirah Arab tersebut, Arab Saudi adalah negara dengan wilayah terbesar. Gabungan semua negara teluk dan negara yang berada di wilayah Utara Jazirah Arab, tidak bisa mengalahkan luas Arab Saudi.

Sementara wilayah terbesar kedua bukanlah negara, tetapi sebuah gurun bernama "Rub Al Khali". Barat menyebutnya sebagai empty quarter. Karena luas gurun ini mencapai seperempat wilayah Semenanjung Arab dan kosong belum bisa dihuni.

Sekitar 80% Rub Al Khali berada di wilayah Arab Saudi. Sementara sisanya terbagi ke wilayah Yaman, Uni Emirat Arab dan Oman.

Dalam catatan orientalis Barat, baru satu orang orientalis Barat yang berhasil melintasi Rub Al Khali. Namanya Bertram Thomas. Anak muda dari Inggris yang melintasi Rub Al Khali pada Januari 1931. Thomas melintasi gurun ini dari Timur ke Barat dalam waktu 90 hari.

Sebagaimana Tanjung yang tiga sisinya adalah lautan, begitu juga dengan Jazirah Arab. Di ujung Jazirah Arab terdapat Samudra Hindia. Di sisi sebelah Timur terdapat Teluk Persia atau Arabian Gulf. Karena teluk tersebut memisahkan negara-negara Arab dengan Iran.

Sementara di sebelah Barat terdapat Laut Merah. Pemisah Jazirah Arab dengan Afrika. Pada sisi Barat itulah terdapat Pelabuhan Jeddah. Pelabuhan terkemuka tempat berlabuh Kapal Haji dan Umrah. Sebelum kemudian digantikan Bandara King Abdul Aziz Jeddah.

Adapun secara genealogis, Arab kerap dibagi menjadi dua. "Ba'diyah" atau Arab yang punah, dan "Baqiyah" Arab yang masih eksis.

Menurut para sejarawan, Arab "Ba'diyah" adalah kaum 'Ad dan keturunannya Kaum Tsamud. Keduanya adalah umat Nabi Shaleh dan Nabi Hud. Bila Kaum 'Ad musnah disebabkan bencana kekeringan dan topan, maka Kaum Tsamud musnah karena gempa bumi.

Sementara Arab Baqiyah dipilah lagi menjadi dua, "A'ribah"  dan "Musta'ribah." Bila A'ribah adalah Arab asli, maka "Musta'ribah" adalah Arab naturalisasi. Orang menjadi Arab karena percampuran budaya atau perkawinan.

Bila Jazirah Arab dibagi menjadi wilayah Utara dan Selatan, maka 'Aribah adalah orang Arab yang menghuni bagian Selatan. Wilayah yang dahulu pernah berdiri kerajaan yang tercatat dalam sejarah dunia, Kerajaan Saba. Sekarang wilayah ini disebut dengan Yaman.

Adapun Musta'ribah adalah orang Arab di Semenanjung Arabia bagian Utara. Wilayah yang disebut dengan dengan Hijaz, Najd atau Nufud. Arab terkini menyebut Hijaz sebagai Makkah, Madinah, Jeddah, Thaif. Adapun Najd adalah wilayah di tengah Jazirah dan meluas ke arah Timur dengan Riyadh sebagai pusatnya.

Dalam proses sejarahnya yang panjang, sudah terjadi percampuran berulang antara 'Aribah dan Musta'ribah. Migrasi 'Aribah dari Selatan yang massif hingga ke Hijaz, Syam bahkan Irak.

Suku Aus dan Khajraz, dua suku Arab Utama penduduk Madinah yang menerima Hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah, adalah'Aribah yang datang dari Selatan atau Yaman.

Kaum 'Aribah juga kerap disebut disebut dengan Arab Qahthani. Karena mereka adalah keturunan Qahthan atau Sam bin Nuh. Sedangkan Arab Musta'ribah disebut sebagai kaum Adnani. Diambil dari nama Adnan keturunan Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim.

'Aribah yang berada di Selatan Semenanjung Arabia atau Yaman inilah yang kerap menarik perhatian sampai sekarang.

Karena tinggal di Pesisir, 'Aribah mempunyai tradisi suka bepergian ke luar wilayahnya. Sebagaimana layaknya orang yang kerap keluar wilayahnya, mereka dikenal berpikiran dan terbiasa bernegosiasi. Karena terbiasa bertemu dengan hal-hal baru.

Karena mereka terbiasa bepergian ke luar negeri, mereka juga kerap mendapat tugas diplomatik dari Nabi Muhammad saw., untuk menyebarkan Islam keluar Hijaz.

Pada Arab Saudi terkini, jejak orang Yaman yang terbiasa bepergian keluar negeri melakukan tugas diplomatik, terlihat dari beberapa nama ruas jalan di kawasan Diplomatic Quarter di Riyadh.

Beberapa nama ruas jalan di kompleks khusus kantor Kedutaan Besar dan tempat tinggal para diplomat, diambil dari nama Sahabat yang berasal dari Yaman yang kerap mendapat tugas diplomatik dari Nabi Muhammad.

Diluar sisi genealogis, Jazirah Arab dahulu sebagai penghasil "Bukhr," kayu yang mengeluarkan wewangian. Orang Indonesia mengenalnya dengan kayu Gaharu atau Cendana.

Hasil olahan Gaharu dan Cendana dipakai untuk kegiatan ritual keagamaan. Diantaranya dikirim ke Mesir untuk mengharumkan mummi yang akan dibalsem. Pada masa kini, wewangian ini dipakai untuk mengharumkan masjid.

Jejak masyarakat Arab yang menyukai wewangian masih terlihat sampai sekarang. Penjual kayu-kayu wangi hasil olahan Gaharu dan Cendana, akan mudah ditemui di rest area sepanjang jalan nasional. Seperti jalan nasional menuju Makkah dan Madinah.

Hal yang sama juga akan kita temukan bila mengunjungi kawasan Dirrah. Orang Indonesia menyebutnya sebagai Tanah Abang nya Riyadh. Ada banyak toko menjual parfum lengkap dengan "Bukhr" atau kayu wangi. Pemiliknya akrab dengan beberapa wilayah Indonesia Timur penghasil Gaharu dan Cendana. Karena mereka pun menjelajahi Indonesia untuk mencari kayu wangi.

Begitu juga bila kita mendatangi Olaya district atau kawasan Sudirman - Thamrin nya Riyadh. Mudah ditemukan penjual Arabian Oud, parfum Arab, berharga ribuan Riyal. Baunya khas dan bisa tercium dari jarak yang cukup jauh.  

Kebiasaan memakai wewangian inilah yang kerap menimbulkan seloroh dan saling ledek antara orang Arab dan orang Indonesia di Arab.

Bagi orang Indonesia, kebiasaan orang Arab memakai parfum itu hanya untuk menutupi kebiasaan jarang mandi. Kalau Nabi Muhammad saw. tidak memerintahkan mandi ketika hendak Shalat Jumat atau setelah Junub, mungkin saja orang Arab tidak mandi berhari-hari.

Sebaliknya, kebiasaan mandi orang Indonesia ini juga kerap menjadi bahan ledekan. Orang Indonesia dianggap lambat karena mesti memulai aktivitas dengan mandi dahulu. Sehari bisa dua kali mandi. Terlebih di musim panas. Mandinya bisa berkali-kali.

Padahal panas di Arab berbeda dengan Indonesia. Karena panas nya kering, maka panas di Arab tidak menimbulkan keringat. Panas yang kering membuat keringat menguap seketika. Berbeda dengan panas lembab di Indonesia yang mengeluarkan keringat.
Selain wewangian, Arab dahulu juga dikenal sebagai penghasil dan penikmat rempah-rempah. Rempah-rempah inilah yang mereka perjual belikan ke negara-negara sekitar mereka.

Kebiasaan ini masih terlihat sampai sekarang. Kopi khas Arab misalnya. Berbeda dengan Kopi Indonesia yang disajikan dengan atau tanpa gula, Kopi Arab adalah campuran antara biji Kopi dengan berbagai rempah-rempah seperti kayu manis, kapulaga, cengkeh dan jahe. Menyehatkan dan menyegarkan.

Hal lain yang tidak bisa dilupakan dalam kehidupan orang Arab pastinya Korma. Satu-satunya makanan padat kesukaan orang Arab pedalaman. Korma kerap diminum bersama Susu dan Kopi. Arab dahulu mengenal sekitar 100 jenis korma yang  ada di Madinah dan sekitarnya.

Sampai sekarang, Korma adalah makanan orang Arab. Meski dikenal memiliki Kebun Korma terbesar di dunia, namun pemerintah Arab Saudi tetap mendatangkan Korma dari berbagai negara. Mudah menemukan Korma Tunisa, Korma Mesir bersanding dengan Korma hasil perkebunan masyarakat Saudi.

Sepertinya bagi Arab Saudi hanya tiga hal saja yang tidak mereka datangkan dari luar. Minyak dan Gas, Air Zamzam, dan Ka'bah. Bahkan Al-Qur'an yang turun di Makkah saja di import dari Beirut.

Tidak terlupakan dari Arab tentunya Unta. Bangsa lain mungkin menganggap Kuda sebagai hewan paling hebat. Namun bagi bangsa Arab, Unta lah hewan paling hebat itu. Tanpa Unta, gurun pasir mustahil menjadi hunian manusia. Begitu kata Hitti dalam History of Arabs.

Unta adalah hewan yang mempunyai manfaat dari ujung ke ujung. Orang Badui meminum susunya, memberikan susunya bagi hewan ternak lain, menutupi tubuh mereka dengan kulitnya, membuat tenda dari bulunya, menjadikan kotoran sebagai bahan bakar, dan menjadikan air seni Unta sebagai tonik rambut dan obat.

Pada waktu darurat, Unta bisa disembelih untuk dimakan dagingnya. Atau dikeluarkan air yang sudah dia minum untuk kita minum.

Namun Unta juga bukan hanya tunggangan dan makanan, tapi simbol masyarakat Arab. Unta adalah alat tukar, mahar, barang tebusan (diyah), benda taruhan (maysir), dan simbol kekayaan.

Menurut Aloys Sprenger, orientalis dari Austria, orang Arab itu parasitnya Unta. Mereka mengambil banyak manfaat dari Unta.

Pentingnya Unta dalam kehidupan di Semenanjung Arabia tercermin dari kenyataan bahwa bahasa Arab asli memiliki sekitar seribu kata untuk Unta. Mulai dari jenis keturunan Unta, sampai tahap perkembangan Unta.

Perihal Unta ini, Khalifar Umar bin Khattab pernah berkata, "Kemakmuran orang Arab bergantung pada kesehatan unta-untanya."

Potensi dan ketergantungan terhadap pertanian dan hewan ternak inilah yang sepertinya menjadi perhatian Raja Abdul Aziz ketika mendeklarasikan berdirinya Arab Saudi modern pada 23 September 1932 di Riyadh.

Makkah dan Madinah memang mempunyai potensi ekonomi yang besar. Namun hitungan Raja Abdul Aziz, kebutuhan Arab Saudi bukan hanya tidak bisa ditutupi dari para penziarah Makkah dan Madinah, tapi juga tidak boleh bergantung pada kedua Kota Suci tersebut.

Raja Abdul Aziz pun memulai proyek mencari sumber air. Selain melihat negerinya miskin karena kering kerontang, pendiri Saudi modern ini ingin mencari sumber ekonomi baru melalui pertanian dan peternakan.

Namun nasib ternyata berkata lain. Struktur lapisan tanah di Semenanjung Arab Saudi ternyata berbeda dengan tanah di negeri lain.

Di Museum Nasional, Mathaf Wathani, yang terletak di kompleks King Abdul Aziz Historical Centre ditunjukan bahwa bila digali sampai dalam, maka lapisan pertama dari tanah Arab Saudi itu terdapat Gas, lapisan keduanya minyak bumi, dan air berada dibawahnya.

Karenanya upaya mencari sumber air Raja Abdul Aziz memang gagal. Namun Raja menemukan sumber mineral yang sangat dibutuhkan dunia, minyak mentah.  Temuan minyak di wilayah Timur Saudi yang menjadikan Saudi menjadi negara petro dollar.
Minyak seperti game changer. Merubah wajah Jazirah Arab secara keseluruhan.

Karena minyak, kebutuhan air pada akhirnya bisa dipenuhi. Melalui uang Minyak, Arab Saudi membangun power plant desalinator air laut terbesar dunia untuk memenuhi kebutuhan air warganya. Air laut dari dari Laut Merah dan Teluk Persia, disterilkan dan dikirim sampai ratusan kilometer ke kota-kota di Arab Saudi.

Perubahan itulah yang sepertinya dilakukan kembali oleh cucunya, Mohammed Bin Salman (MBS). Bila Kakeknya menyadari tidak mungkin bergantung pada para penziarah Makkah dan Madinah, MBS seperti menyadari tidak mungkin selalu bergantung kepada minyak bumi.

Faktanya, Arab Saudi pernah mengalami pahitnya ekonomi yang terlalu bergantung pada minyak bumi. Pada tahun 2018, anggaran Arab Saudi berdarah-darah. Amerika dan Kanada yang berhasil menemukan tekhnik baru optimalisasi pengeboran minyak, membuat minyak mentah membanjiri pasaran. Sementara pada saat bersamaan, ekonomi di Eropa dan China sedang turun tajam.

Membangun pusat pariwisata baru berskala global, menjadikan Riyadh sebagai Hub lalu-lintas dunia, membangun industri baru diluar minyak dan gas dan menjadikan olahraga sebagai industri baru, adalah diantara hal baru yang dilakukan MBS. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun