Baca juga;
Memahami Ayat dan Hadis Anti Perbudakan Melalui Dinamika Ketenagakerjaan Arab Saudi TerkiniÂ
Bagi orang Indonesia, epemilikan tunggal atas empat klub terkemuka, hanya akan menjadikan Liga berjalan penuh kongkalingkong. Siapa yang akan jadi juara dan mesti terdegradasi, ditentukan pemilik uang bukan permainan di lapangan.
Pandangan yang tidak keliru. Karena memang disitulah problem pelik dar kepemilikan tunggal beberapa klub bola di Indonesia. Hal itu juga yang menjadi perhatian serius pengelola Liga Sepakbola di Eropa.
Namun ada hal berbeda dari dinamika Sepakbola di Indonesia dengan Arab Saudi.
Baca juga;
Kenapa Masyarakat Arab Saudi Suka Memakai Baju Berwarna PutihÂ
Secara politik, Sepakbola Indonesia kerap dimanfaatkan untuk kepentingan elektoral pemilu. Posisi Ketua federasi kerap dijadikan batu loncatan untuk menjadi Cawapres atau Calon Gubernur. Atau Capres mengundang pemain Sepakbola ke rumahnya untuk membangun citra.
Situasi ini berbeda dengan Arab Saudi. Di negeri Raja Salman ini yang menganut sistem monarki. Sepakbola tidak ada kaitannya dengan politik elektoral. Kaitan terbesarnya adalah inudstrialisasi dunia hiburan. Â
Undangan kepada seorang pemain Sepakbola tidak berbeda dengan undangan terhadap astronot perempuan Saudi. Selain mendorong mereka lebih berprestasi, juga publikasi kerja-kerja Kerajaan.
Baca juga;