Meski merekrut pekerja asing biayanya tinggi, dalam beberapa bidang pekerja asing tetap pilihan. Selain minimnya tenaga kerja lokal, pekerja asing kerap lebih terampil dan rajin. Terlebih pendatang dimana pun mempunyai rumusan karakter sama. Daya survival yang tinggi.
Karena besarnya biaya yang mesti dikeluarkan untuk pekerja asing, disinilah kerap ditemukan transaksi keuangan perpindahan pekerja asing. Dalam banyak hal, seperti jual beli budak pada zaman dahulu. Utamanya untuk para blue collars.
Andai saja seseorang atau sebuah perusahaan tertarik dengan kemampuan seorang pekerja asing. Namun dia sudah lama bekerja pada orang lain. Dia tetap bisa merekrutnya. Namun dengan mengganti biaya rekrutmen yang sudah dikeluarkan.
Baca juga;
Diri'yyah dan Gap Imajinasi Muslim IndonesiaÂ
Hal lain yang menarik adalah dinamika yang dihadapi pekerja asing. Utamanya masyarakat Indonesia.
Tingginya biaya rekrutmen seorang asisten rumah tangga, kerap membuat sang majikan merasa berkuasa. Sehingga kita sering mendengar penganiayaan terhadap pekerja migran Indonesia.
Namun pada kesempatan sama, kita juga akan menemukan banyak pekerja migran Indonesia yang mendapatkan majikan baik. Diperlakukan sangat baik melebihi kebaikan yang diterima saudara-saudaranya di tanah air.
Baca juga;
Dalam obrolan masyarakat Indonesia di Saudi, adalah kebahagian bagi pekerja migran bila bertemu majikan seperti Abu Bakar. Namun kesulitan bila sudah mendapat majikan seperti Abu Jahal. Meski seiring waktu, Abu Jahal berangsur berkurang.