Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Umrah sebagai Sebuah Pengalaman Keberagamaan

21 Februari 2023   19:07 Diperbarui: 21 Februari 2023   19:12 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana masjidil haram (Dokpri)

Kata-kata untuk mengekspresikan betapa mendalamnya Umrah mungkin bisa dicerna dari ucapan orang-orang yang sudah Umrah, tapi masih ingin datang lagi ke Baitullah. Mereka hanya bilang bahwa mereka rindu meliat Ka'bah. Meski biaya untuk mengunjungi Ka'bah terus naik dan perjalannya cukup jauh.

Meski mungkin tidak sepadan, gambaran kondisi Umrah bisa kita lihat pada tradisi mudik.

Setiap tahun menjelang lebaran, orang akan kembali ke kampung halamannya. Meski harus berhadapan dengan banyak halangan. Mulai dari biaya tol yang bertambah naik, harga BBM yang mahal, angka kecelakaan yang tinggi, kemacetan luar biasa, dan ketidaknyamanan selama perjalanan, orang akan tetap mudik. Berbagai usaha akan dilakukan untuk mudik.

Bila kembali ke kampung halaman saja dijalani dengan sepenuh hati dan mati-matian, lalu bagaimana dengan kembali ke Baitullah. Kampung halaman paling asal manusia, tempat Allah pertama kali menurunkan wahyunya.

Seseorang mengatakan, bahwa manusia bukan makluk dunia yang mempunyai pengalaman spiritual. Namun manusia adalah makhluk spiritual yang mempunyai pengalaman dunia.

Umrah adalah upaya untuk kembali ke asal menjadi makhluk spritual. Karena itu sangat berkesan dan dirindukan banyak orang namun sulit didefinisikan. Terlebih bagi orang yang sudah mengunjunginya.

Segala upaya akan dilakukan untuk mengunjunginya. Beberapa kalangan bahkan mengimajinasikan tentang beberapa tempat suci yang bila dikunjungi sebanyak 7 kali, sama dengan ke Baitullah. Saking ingin dan rindunya orang ke Baitullah. ***

Riyadh, 16 Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun