Bila Marx melihat orang Haji atau Umrah, mungkin dia akan mengejek sebagai borjuis pelanggeng status quo. Ketika mereka kembali ke asalnya, mereka akan semakin kuat karena label Haji yang disandangnya.
Marx mungkin tidak akan percaya bahwa kolonial Belanda mesti melabeli Haji pada siapa saja yang sudah ke Mekkah. Untuk diwaspadai Karena merekalah yang menginisiasi perlawanan terhadap Belanda juga aktif melakukan transformasi sosial budaya di daerah asalnya.
Baca juga;
Asykar penjaga ketertiban masjidil haram dan lelaki arab
Kebalikan dari cara pertama, cara kedua memfungsikan filsafat sebagai juru penjelas agama. Filsafat tidak hanya memandang agama dari luar, tapi juga dari dalam. Karenanya bisa memberikan penjelasan secara filosofis tentang agama.
Di kalangan muslim, Imam Al-Ghazali adalah salah satu sosok yang mempunyai perspektif ini. Filosof, ilmuwan dan penggelut tasawuf ini, memandang bahwa tugas filsafat adalah memahami dan menjelaskan Agama. Bukan sebaliknya. Karena filsafat adalah panglima kehidupan manusia.
Panglima adalah orang yang sangat penting dalam sebuah kerajaan. Maju mundurnya kerajaan, bergantung pada panglima. Meski begitu, panglima berada dibawah Raja dan mesti mengikuti titah Raja.
Baca juga;
Hira Cultural District; Cara orang Saudi Arabia ke orang Indonesia
Begitu juga rasio dalam kehidupan. Posisinya vital dan tinggi. Namun ada yang lebih vital dan lebih tinggi dimana rasio mengabdi pada itu. Hal itu bisa orientasi hidup, bisa juga instuisi. Â
Ada banyak penjelasan filosofis atas Haji dan Umrah. Diantaranya adalah uraian Ali Syari'ati dalam bukunya, "Haji". Alumni Sorbonne Prancis ini, mempunyai penjelasan mendalam mengenai Haji.