Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Al-Khwarizmi: Matematika Al-Jabbar dan Ilmu Pengetahuan yang Saling Mewarisi

30 Oktober 2021   12:11 Diperbarui: 30 Oktober 2021   12:54 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena tinggal di sebuah pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan yang menghimpun banyak pengetahuan dari bangsa-bangsa lain, tidak aneh bila disebutkan bahwa rumusan Al-Jabbar lahir setelah Al-Khawarizmi mempelajari secara intens temuan-temuan Ilmu Matematika terdahulu. Dalam hal ini setelah mempelajari temuan Matematika dari Yunani dan India. Karena dalam Al-Jabbar adalah penggabungan kecerdasan geometris Yunani dan kecerdasan Aritmentis India.

Kita bisa memahami kecerdasan geometris Yunani dengan membaca teori Pytagoras. Dalam teori Pytagoras disebutkan bahwa cara menghitung segitiga adalah dengan memakai rumus A2 + B2 = C2 dimana "C" adalah panjang sisi miring sedangkan "A" dan "B" adalah panajng dari dua sisi segitiga lainnya. Sebagaimana kita ketahui, rumus Pytaghoras ini terus dipelajari sampai sekarang dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari Matematika.

Kita juga bisa memahami kecerdasan aritmetis India dengan melihat pada banyaknya orang India yang berkecimpung di dunia teknologi informasi. Meski India dikenal sebagai negara dunia ketiga, bukan negara maju. Karena kecerdasan Matematis adalah prasyarat menguasai dunia komputer. Kita juga bisa tahu dengan mencermati sosok Abdus Salam. Seorang peraih Nobel Fisika dari Pakistan. Sebagaimana diketahui, Pakistan dan India mulanya adalah sebuah kesatuan teritorial dan tradisi. Hanya ketika ada konsep negara dan keributan politik, dua wilayah itu berpisah.

Mungkin cara paling sederhana dan menyenangkan untuk memahami kecerdasan aritmetis India, kita bisa menonton film berjudul "The Man Who Knew Infinity". Sebuah film yang menceritakan kejeniusan seorang Matematikawan India bernama Srinivasan Ramanujan yang mencengangkan akademisi Cambridge seperti Bertrand Russel. Sementara Ramanujan sendiri datang dari negara berkembang yang belum memiliki institusi pendidikan tinggi seperti Cambridge.

Bila kita memahami kecerdasan Al-Khawarizmi dengan sekilas melihat pada judul bukunya, hal yang sama bisa kita lakukan pada Ramanujan. Untuk mengetahui pandangan Barat terhadap kecerdasan Ramanujan, kita cukup melihat kepada judul film yang menceritakan Ramanujan ini. Kita cukup menggaris bawahi kata "infinity" dalam judul film itu.

Dalam persamaan-persamaan Matematika sendiri, dikenal ada tiga situasi solusi atas setiap persamaan. Situasi pertama adalah ketika sebuah persamaan itu tidak mempunyai solusi sama sekali. Situasi kedua adalah ketika sebuah persamaan mempunyai satu solusi atau satu jawaban. Sementara situasi ketiga adalah sebuah persamaan mempunyai solusi tak terbatas atau "infinity" dengan simbol angka 8 dalam posisi rebahan. Artinya, setiap angka yang ada dalam Matematika, bisa menjadi jawaban atas persamaan tersebut. Judul "The Man Who Knew Infinity" ingin menjelaskan kejeniusan seorang Ramanujan dengan menggambarkan sebagai Matematikawan yang tahu hal yang tidak terbatas atau tidak berujung.

Selain hal diatas, adalah keterangan yang sangat menarik dari Salman Khan. Matematikawan dari MIT yang mendirikan khanacademy untuk memperkenalkan ilmu dasar seperti Matematika ke seluruh dunia. Salman Khan tidak hanya mengingatkan betapa pentingnya Al-Jabbar dalam keseharian kita, tetapi juga rantai pengaruh dalam ketika Al-Khwarizmi menulis Al-Jabbar. Salman Khan menyebutkan nama Bramaghupta dan temuan Matematika dari Babilonia yang berkontribusi pada Al-Jabbar nya Al-Khawarizmi.

Karena itu pada akhirnya bila kita mempelajari Al-Khawrizmi dengan Al-Jabbarnya, kita tidak hanya sedang melihat temuan seorang ilmuwan yang menjadi pilar kokoh perkembangan dunia yang kita jalani sekarang, tetapi kita juga membaca tentang rantai pengetahuan yang saling berkesinambungan. Bahwa pengetahuan itu saling mewarisi antar satu bangsa dengan bangsa lain. Dominasi pengetahuan yang dikuasai suatu bangsa di suatu waktu, pasti dipengaruhi oleh temuan suatu bangsa di waktu sebelumnya. Kejayaan suatu bangsa, akan selalu diganti oleh bangsa lain.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun