Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lemah Abang dan Konsep Masyarakat Ummah

28 November 2019   10:32 Diperbarui: 28 November 2019   10:33 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam evaluasinya, Sri Menganti berkesimpulan bahwa perubahan yang terjadi di Lemah Abang pada dasarnya terlalu cepat. Ada jarak antara elite yang menawarkan perubahan dengan masyarakat yang mengikuti perubahan.

Menurut Sri Manganti, dia dan juga Datuk Abdul Jalil adalah elite masyarakat yang mendapat kesempatan belajar nilai-nilai utama kehidupan seperti kehormatan, keberanian, persamaan, keadilan dan lain sebagainya. Sementara masyarakat yang mengikuti mereka, adalah mereka yang sekian tahun hidup dalam penindasan, ketidakadilan, kemiskinan dan lain sebagainya.  

Dalam sejarah manusia, ini ibarat Nabi Musa yang lama hidup dan dididik di Istana, lalu ketika besar mesti memimpin Bani Israil yang lama hidup dalam penindasan. Karenanya tidak salah bila ada sebagian masyarakat yang berbondong-bondong mengikuti tata sosial baru di Caruban, tetapi ketika ada bahaya mengancam mereka keluar Caruban berbondong-bondong juga.

Seperti tidak bertanggung jawab dan tidak mau bersusah payah mempertahankan sistem baru yang sudah mereka nikmati itu. Atau bisa dilihat dalam sistem pemilihan Wali Negeri yang baru. Meski sistemnya terbuka untuk umum karena berdasar meritokrasi bukan dinasti, tetapi yang terpilih menjadi pimpinan wilayah tetap saja para elite bukan masyarakat umum.

Namun bagi Sri Manganti, meski ada kekurangan yang mesti diperbaiki, projek tata masyarakat ala Lemah Abang mesti terus dilanjutkan. Karenanya ketika diputuskan bahwa untuk melindungi Caruban mereka akan meminta bantuan pada kerajaan-kerajaan Islam yang sudah muncul di Tanah Jawa, Datuk Abdul Jalil yang menjadi kepala special envoy Caruban, di instruksikan juga untuk membuat komunitas-komunitas serupa Lemah Abang dalam perjalanannya mencari bantuan.

Perintah yang dituruti Datuk Abdul Jalil dan dan mendapat sambutan di beberapa wilayah seperti di Tanah Jawa. Terlebih ketika dalam perjalanan ke wilayah Majapahit, Datuk Abdul Jalil melihat bahwa situasi di Tanah Jawa yang berada dalam kekuasaan Majapahit tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Bumi Pasundan. Majapahit ketika itu memang sedang menunggu kehancuran akibat perang saudara yang tidak berkesudahan, paregreg.  

Mungkin karena ada tugas itu juga, bila kita klik google dengan keyword "Lemah Abang" maka kita akan temukan nama daerah "Lemah Abang" diluar Cirebon dengan sejarah yang mempunyai keterkaitan dengan Datuk Abdul Jalil. Bahkan sampai sekarang makam Datuk Abdul Jalil pun ada beragam versi.

Bagi orang Cirebon, maka Syekh Abdul Jalil adanya di Harjamukti Kota Cirebon sekarang. Sedangkan bagi orang Tuban, makamnya ada Dondong Gendongombo. Versi nya pasti akan lain bila ditanya pada orang Bekasi, orang Pekalongan atau orang Demak

Syeikh Siti Jenar

Suluk Sang Pembaharu

Buku Ke - 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun