Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lemah Abang dan Konsep Masyarakat Ummah

28 November 2019   10:32 Diperbarui: 28 November 2019   10:33 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Datuk Abdul Jalil sendiri di Lemah Abang ini ingin meniru pola hidup Nabi Muhammad. Di daerah ini Datuk membuat Tajug, semacam masjid, dan disamping Tajug tersebut membuat ruangan sederhana tempat dia tinggal. Di ruangan Abdul Jalil inilah kemudian dia menerima masyarakat dan berdiskusi dengan para tokoh masyarakat.

Termasuk dengan penganut Hindu-Syiwa, yang sudah menganggap Datuk Abdul Jalil sebagai guru rohani mereka, karena di daerah ini penganut Agama lain juga dipersilahkan untuk berdomisili.

Tatanan sosial baru di Lemah Abang yang berbeda dengan keumuman ini, bukan hanya tersiar luas ke luar, tetapi juga menarik perhatian banyak kalangan. Karena orang ingin mendapatkan tanah milik sendiri untuk dikelola serta ingin merasakan hidup dalam struktur sosial dan kekuasaan yang lebih adil dan egaliter, maka orang berbondong-bondong pindah ke Lemah Abang.

Lebih dari itu sistem Lemah Abang makin meluas manakala banyak daerah lain di Caruban Girang ingin mengadopsi sistem ini,dan itu di izinkan oleh Raja Sri Manganti yang mengeluarkan aturan baru Kerajaan untuk wilayah kekuasaannya.

Namun bagi Sri Manganti sendiri yang mengerti dunia militer, politik juga pengelolaan negara, dia menyadari bahaya yang akan dia hadapi ketika dia menyetujui ide Datuk Abdul Jalil membuat komunitas seperti Lemah Abang ini.

Sesuai dengan perhitungan politik dan militer Sri Manganti, saudara-saudaranya yang menguasai kerajaan di wilayah Bumi Pasundan merasa gerah. Kebijakan di Caruban Girang bukan hanya dianggap mengancam kekuasaan mereka karena Caruban Girang makin kuat, tetapi juga dianggap merusak berbagai macam privillege dan kemewahan yang telah mereka nikmati dalam sistem lama.

Situasi politik makin memanas manakala Raja Padjadjaran juga lebih banyak terpukau dengan ide dan manuver Sri Manganti ketimbang mengecam seperti yang dilakukan anak-anaknya yang berkuasa di wilayah Pasundan. Bagi kerajaan-kerajaan lain, apa yang dilakukan Sri Manganti pada akhirnya akan memiliki imbas politik sangat jauh.

Hitungan politik mereka berkesimpulan bahwa Raja Padjadjaran bisa jadi akan menunjuk Sri Manganti sebagai penggantinya mengusai Bumi Pasundan, ketimbang menjadikan mereka sebagai Raja Padjadjaran.

Karena merasa terancam, beberapa wilayah tetangga sekitar Caruban pun bersekutu. Mereka mengumpulkan pasukan yang jumlahnya 5 kali lipat jumlah pasukan yang dimiliki Caruban Girang, lalu menempatkan pasukan tersebut di perbatasan untuk menebar teror dan ancaman.

Baik Caruban Girang maupun sekutu lawan Caruban Girang, tidak berani menyerang lebih dahulu. Karena siapa yang menyerang terlebih dahulu, maka dia akan mendapat murka orang tua mereka Raja Padjadjaran yang mengankan harmoni dan kedamaian di wilayah kekuasaannya.

Dalam kondisi kritis seperti ini, Sri Manganti pun mengumpulkan pembantu-pembantunya. Dalam pertemuan ini selain dibahas perkembangan terkini di perbatasan, ancaman yang sedang dihadapi, langkah ke depan, juga dilakukan evaluasi terhadap perkembangan Lemah Abang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun