Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... Penulis - Imajinasi dan Logika

Akun Kompasiana Pertama yg saya lupa password-nya dan Terverifikasi : http://www.kompasiana.com/sn web: www.sarinovita.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wawancara dengan Food Blogger Sukses

20 September 2015   02:42 Diperbarui: 2 Oktober 2015   00:42 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk mempromosikan kuliner beserta tempatnya, “bumbu-bumbu” simple apa yang bisa diracik agar menu kuliner dan tempat tersebut menarik pengunjung untuk datang?

Saya sarankan langsung datang ke daerah tersebut untuk mengenal dahulu rasa aslinya. Setelah itu dipikirkan bumbu-bumbu apa yang tepat untuk membuat ulang kuliner tersebut di rumah masing-masing.

Perlukah Food Blogger pandai memotret? Tips yang bisa diberikan agar tampilan posting menarik perhatian pembaca.

Oh iya, banget.  Malah perlu mulai belajar videography. Karena dari beragam surveydan analisis menunjukkan kalau konten dengan foto atau gambar itu biasanya lebih disukai pembaca, dibanding sekedar tulisan saja.

Bagaimana opini Mas mengenai “Food is an art”, haruskah dalam me-review penulis juga perlu tahu soal seni dan sejarah?

Sepertinya lebih pada memasak sebagai suatu seni ya. Bukan  suatu makanan yang selalu memiliki latar belakang seni atau sejarah. Di Indonesia khususnya, banyak makanan yang bertahan dari generasi ke generasi itu adalah makanan yang dibuat oleh dan untuk rakyat jelata. Berdasarkan kebutuhan dasar, bukan karena diciptakan di dapur Keraton atau sejenisnya.

Rempah-rempah Indonesia (Ubud Food Festival)

Indonesia terkenal kaya rempah-rempah, setiap daerah memiliki makanan khas yang berbaur bersama rempah-rempah. Bisakah dikatakan rempah-rempah yang dihasilkan suatu daerah juga mempengaruhi karakter orang dari daerah tersebut – seperti makanan khas yang pedas. Tapi ada juga daerah di Indonesia yang kurang mencampurkan rempah-rempah ke dalam masakannya, contohnya saja di Bajawa, Flores, sehingga masakan mereka terasa hambar dan turis pun tidak melihat adanya makanan khas.

Dari pengamatan saya, karakter kuliner yang kaya rasa itu muncul di daerah yang menjadi pusat perdagangan di masa lampau, plus terdapat banyak ragam bahan makanan yang terdapat di daerahnya, misalnya: Aceh, Minang, Manado, Betawi. Sedangkan di daerah yang akulturasinya rendah, makanannya juga cenderung lebih kalem.

Bagaimana opini Mas mengenai “Kuliner dan makan bersama” terkait hubungan keluarga, antarmanusia, dan juga dunia bisnis?

Bagus untuk menjalin komunikasi, mempererat tali silaturahmi. Sedangkan dalam dunia bisnis sepertinya bisnis katering sudah bisa dianggap sebagai salah satu bisnis pendukung kegiatan makan bersama ini ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun