Ngaben sering kali memerlukan biaya yang sangat besar, yang mencakup persiapan wadah (bade), persembahan (banten), pakaian khusus, dan berbagai keperluan lainnya. Pengeluaran ini bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk satu kali upacara. Bagi banyak keluarga, terutama yang kurang mampu, beban finansial ini bisa menjadi sangat berat. Bahkan, ada yang sampai harus berhutang atau menjual aset berharga untuk memenuhi biaya upacara tersebut.
Tekanan Sosial dan Ekonomi
Selain beban finansial, ada juga tekanan sosial yang dirasakan oleh keluarga yang menyelenggarakan ngaben. Dalam budaya Bali, ada harapan dan tuntutan sosial untuk menyelenggarakan upacara ngaben yang sesuai dengan adat dan tradisi, sehingga kadang-kadang keluarga merasa terpaksa untuk mengikuti standar yang ada meskipun kemampuan ekonomi mereka tidak mencukupi. Tekanan ini dapat menambah stres dan kecemasan bagi keluarga yang ditinggalkan, karena mereka harus berusaha keras untuk memenuhi ekspektasi sosial tersebut.
 Penghormatan kepada Leluhur
Di sisi lain, bagi masyarakat Bali, ngaben bukan hanya sekadar ritual agama, tetapi juga simbol penghormatan tertinggi kepada leluhur. Dengan menggelar upacara ngaben, keluarga percaya bahwa mereka telah memenuhi kewajiban moral dan spiritual, sehingga almarhum dapat beristirahat dengan tenang. Ngaben dianggap sebagai jalan untuk membebaskan roh almarhum dari ikatan duniawi dan membantu mereka mencapai kehidupan yang lebih baik di alam baka.
Aspek Spiritual dan Budaya
Ngaben juga memiliki makna spiritual yang dalam bagi masyarakat Bali. Upacara ini melambangkan siklus kehidupan dan kematian serta kepercayaan akan reinkarnasi. Melalui ngaben, keluarga yang ditinggalkan merasa mendapatkan ketenangan batin karena mereka telah melakukan tanggung jawab mereka sebagai anak dan keturunan. Selain itu, ngaben juga merupakan sarana untuk mempererat hubungan keluarga dan komunitas, karena upacara ini melibatkan partisipasi aktif dari banyak pihak, termasuk tetangga dan kerabat jauh.
 Modernisasi dan Solusi Alternatif
Seiring dengan perkembangan zaman, ada upaya untuk mencari solusi alternatif yang lebih ekonomis tanpa mengurangi nilai spiritual dan makna ngaben. Beberapa komunitas di Bali mulai mengadopsi cara-cara yang lebih sederhana dalam pelaksanaan ngaben, seperti ngaben massal yang biayanya bisa ditanggung bersama oleh beberapa keluarga. Selain itu, ada juga yang memilih untuk melakukan ngaben secara simbolis dengan prosesi yang lebih kecil namun tetap sakral.
Pandangan Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah Bali dan lembaga adat setempat turut berperan dalam menyikapi kontroversi ini. Mereka mencoba mencari keseimbangan antara menjaga tradisi dan menyesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Beberapa inisiatif, seperti bantuan dana untuk keluarga kurang mampu atau penyediaan fasilitas umum untuk ngaben massal, telah diupayakan untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.