Latar Belakang :  Â
   Â
Latar belakang
   Era globalisasi dapat membawa perubahan baru dalam gaya hidup masyarakat modern Akibatnya, orang memilih budaya baru yang dinilai lebih praktis daripada budaya lokal. Salah satu faktor yang menyebabkan budaya lokal kini terlupakan adalah tidak adanya generasi penerus yang tertarik untuk mempelajari dan mewarisi budaya mereka. budaya yang lebih tinggi dan aktif mempengaruhi budaya yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya.Â
Teori Malinowski terlihat jelas yang menyebutkan dalam perubahan nilai-nilai budaya kita lebih condong  ke budaya Barat. Di era Modernisasi saat ini informasi mengalami perubahan kekuatan yang sangat dahsyat sehingga dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu disadari pentingnya budaya lokal sebagai identitas kebangsaan. Hal itu merupakan tugas setiap lapisan masyarakat untuk menjaga di mana peran generasi muda tetap diharapkan untuk memperjuangkan warisan budaya lokal dan akan kekuatan eksistensi budaya lokal itu sendiri, meskipun tunduk pada arus globalisasi.   Â
   Dalam lensa Need for achievement ini juga mengharapkan kepada generasi muda bisa melestarikan budaya lokal yang ada. Budaya lokal yakni budaya tinggalan dari nenek moyang terdahulu, sekalipun juga bisa mengembangkan budaya yang ada supaya menjadi budaya baru tetapi tidak menghapus  nilai -- nilai dan karakteristik dari budaya yang asli dan menerapkannya agar dikenal oleh berbagai kalangan.Â
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian disini memberikan pemahaman  mengenai perubahan sosial yang terjadi  pada saat  ini karena adanya era modernisasi dan majunya teknologi sehingga budaya lokal di indonesia sendiri nyaris punah. Melalui tulisan artikel ini diharapkan agar kita tahu konsekuensi atau akibat jika kita melupakan budaya lokal di era modernisasi dan lebih meniru atau menerapkan budaya ke barat baratan. Selain itu diharapkan untuk generasi di indonesia agar berupaya untuk melestarikan budaya indonesia.Â
Metodologi
 Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan teknik pengumpulan data kualitatif, dimana penulis mengkaji beberapa sumber pustaka sebagai acuan dalam karya ini.
Menurut Moleong (2017:6), penelitian kualitatif adalah penelitian dengan tujuan untuk memahami fenomena yang dialami subjek, seperti perilaku, persepsi, motivasi, aktivitas dan lain-lain secara komprehensif dan dengan bantuan deskripsi verbal dan bahasa dalam konteks alami tertentu menggunakan metode yang berbeda.
Kajian Pustaka
Menurut psikolog David McClelland.Need for achiement (N-Ach) mengacu pada keinginan individu untuk prestasi yang signifikan, menguasai keterampilan, control atau standar yang tinggi.Â
(Rayburn et al., 2004). Need for achievement merupakan keinginan untuk berkerja dengan standar yang tinggi dan unggul dalam pekerjaan mereka. Individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi ingin mengetahui feedback secara spesifik dan untuk mengetahui seberapa baik mereka dalam melakukan pekerjaan dan bertanggung jawab atas produktivitas mereka.
Menurut Mclnnes (1986) individu perlu dimotivasi untuk bekerja lebih baik dalam aktivitas penganggaran dan memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk berprestasi sehingga dapat berpartisipasi lebih aktif dari pada mereka yang tidak memiliki kebutuhan untuk berprestasi.
(Widjaja dalam Ranjabar, 2006:56). mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes dan selektif Semua itu dilakukan sebagai upaya pengenalan kebudayaan lokal kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya,bukan berasal dari negara tetangga, demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan.
(Sedyawati: 2006: 28). melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasikan budaya lokal di tengah perkembangan zaman yaitu era globalisasi.
 Jacobus Ranjabar (2006:114). Mengemukakan bahwa pelestarian norma lama bangsa (budaya lokal) adalah mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai tradisional dengan mengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang.
(Chaedar, 2006: 18), Â Prof. A.Chaedar Alwasilah mengatakan adanya tiga langkah, yaitu : (1) pemahaman untuk menimbulkan kesadaran, (2) perencanaan secara kolektif, dan (2) pembangkitan kreatifitas kebudyaaan.
. (Soekanto, 2003: 432), Kelestarian tidak mungkin berdiri sendiri, oleh karena senantiasa berpasangan dengan perkembangan, dalam hal ini kelangsungan hidup. Kelestarian merupakan aspek stabilisasi kehidupan manusia, sedangkan kelangsungan hidup merupakan percerminan dinamika.
Pembahasan
  Menurut Koentjaraningrat (2015:146), budaya diartikan sebagai segala gagasan dan perbuatan seseorang yang harus dibiasakan dengan belajar, serta segala hasil pemikiran dan perbuatannya. Dalam bahasa Inggris, kata culture berasal dari kata latin cholera yang berarti mengolah atau mengerjakan, yang kemudian berkembang menjadi kata cultur yang diartikan sebagai daya dan upaya manusia untuk mengubah alam. Namun lebih dari itu, setiap kebudayaan pada dasarnya memiliki jiwa yang hidup karena kebudayaan mengalir terus ke dalam diri manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan tetap diciptakan, dari tempat ke tempat, dari individu ke individu dan dari waktu ke waktu.
Budaya dan masyarakat bagaikan dua sisi mata uang yang satu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apalagi Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai sosial budaya yang unik dan indah serta sangat cocok bagi wisatawan atau traveller yang ingin melihat pesona alam. Estonia. sosial budaya Indonesia.. Teori Sinkronisasi Budaya (Hamelink dalam Liliweri, 1983: 23) menyatakan "lalu lintas produk budaya masih berjalan satu arah dan pada dasarnya mempunyai mode yang sinkronik. Negara-negara metropolitan, terutama Amerika Serikat, menawarkan model negara satelit, yang membuat seluruh proses budaya di sini kacau atau sekarat.Â
      Jika otonomi budaya didefinisikan menurut Hamelink sebagai kemampuan suatu masyarakat untuk memutuskan alokasi sumber dayanya untuk beradaptasi dengan lingkungan, maka sinkronisasi budaya ini jelas merupakan ancaman bagi otonomi budaya masyarakat tersebut. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat Indonesia, dimana hari ulang tahun hari ini lebih suka dirayakan di tempat-tempat yang identik dengan budaya Barat, sehingga tidak dianggap kuno, melainkan lebih modern. Misalnya; KFC, Mcdonalls, Pizza Hut.
 Pada dasarnya dulu  Indonesia memiliki banyak warisan budaya dari nenek moyang kita sebelumnya, hal-hal seperti itu yang patut dibanggakan oleh bangsa Indonesia sendiri, namun saat ini budaya Indonesia sedikit menurun karena sosialisasi di tingkat nasional, sehingga banyak orang lupa bahwa saya tidak tidak tahu apa itu budaya. Indonesia. Majunya perkembangan arus global dan semakin modern, semakin berkurang rasa cinta terhadap budaya barat. Hal ini sangat mempengaruhi keberadaan budaya lokal dan penghargaan terhadap pribumi Indonesia.Â
Perkembangan Budaya di Indonesia Â
Saat ini Indonesia semakin lebih mempromosikan budaya Indonesia dalam arti internasional, buktinya  budaya Indonesia lebih banyak dikenal orang luar dibandingkan orang Indonesia, misalnya batik adalah  hasil dari budaya Indonesia,  belakangan ini batik menjadi salah satu budaya yang muncul karena bernama UNESCO. Jumat, 2 Oktober 2009 batik  sebagai warisan budaya Indonesia dan hari itu ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia didorong oleh beberapa kekuatan. Secara kategoris, ini disebabkan oleh dua kekuatan. Perubahan sosial, Petatama, merupakan kekuatan yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (factor internal), seperti perubahan generasi dan berbagai inovasi dan variasi lokal.Â
Kedua, adanya kekuatan-kekuatan dari luar masyarakat (factor eksternal), seperti pengaruh kontak budaya langsung (cultural contact) dan penyebaran budaya (elemen) serta perubahan lingkungan, yang pada akhirnya dapat mempercepat perkembangan sosial dan budaya. masyarakat yang harus menata kembali kehidupannya (Koentjaraningrat, 2015: 191).
Kesadaran masyarakat untuk melestarikan budaya lokal saat ini masih sangat rendah. Masyarakat lebih menyukai budaya asing yang lebih praktis dan up-to-date. Ini tidak berarti bahwa budaya asing tidak dapat diasimilasi, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian.Â
Seiring datangnya budaya asing, yaitu budaya berpakaian yang minim dan lebih terbuka, sering disebut dengan istilah you see, yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang mengikuti nilai kesopanan dan didukung oleh mayoritas. dari populasi adalah Muslim yang lebih suka berpakaian yang menyembunyikan ketelanjangan. Padahal bisa mengembangkan budaya yang ada supaya menjadi budaya baru tetapi tidak menghapus nilai -- nilai dan karakteristik dari budaya yang asli dan menerapkannya agar dikenal oleh berbagai kalangan.Â
Upaya melestarikan budaya indonesiaÂ
Konservasi sebagai kegiatan atau tindakan yang terus menerus, terarah dan terpadu untuk mewujudkan tujuan tertentu, yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, dinamis, fleksibel dan pilihan. mengembangkan kegiatan yang dinamis, fleksibel dan opsional
Menjaga dan melestarikan budaya Indonesia dapatdilakukan dengan berbagai cara. Ada dua cara yang dapat dilakukan masyarakat khususnya sebagai generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal (Sendjaja, 1994: 286). yaitu :
Â
Culture Experience
Culture Experience Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebutberbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut, dan dapat dipentaskan setiap tahun dalam acara-acara tertentu atau diadakannya festival-festival. Dengan demikian kebudayaan lokal selalu dapat dijaga kelestariannya.Â
Culture KnowledgeÂ
Culture Knowledge Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi ke dalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah.Dengan demikian para Generasi Muda dapat memperkaya pengetahuannya tentang kebudayaanya sendiri. Selain itu, setidaknya dapat diantisipasi pembajakan kebudayaan yang dilakukan oleh negara-negara lain.Â
Persoalan yang sering terjadi dalam masyarakaat adalah terkadang tidak merasa bangga terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagai orang Timur. Budaya lokal mulai hilang dikikis zaman, Oleh sebab masyarakat khususnya generasi muda yang kurang memiliki kesadaran untuk melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain sukses dan terkenal, dengan budaya yang mereka ambil secara diam-diam.
Kesimpulan
   Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali kebudayaan, yang terdiri dari kumpulan kebudayaan yang ada di seluruh tanah air Indoesia yang berbentuk kebudayaan lokal. Budaya asing terus masuk dengan tidak terbendung ke Indonesia yang dapat mengikis ataupun melunturkan budaya lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, untuk ituperlunya upaya-upaya penting terus dilakukan dalam menanggulangi permasalahan tersebut sehingga budaya Indonesia dapat tetap eksis dalam keasliannya walaupun diterpa arus Modernisasi.
Namun yang terpenting adalah mempunyai meningkatkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap budaya ini, sehingga masyarakat terdorong untuk mempelajarinya atau termotivasi dengan rasa memiliki dan cinta terhadap budayanya, agar budaya tersebut tetap lestari karena pewaris budaya tersebut masih tetap ada.Â
Budaya lokal merupakan aset bangsa Indonesia yang perlu mendapat perhatian terutama di era  modernisasi ini. Kebudayaan nasional merupakan bagian penting dari negara Indonesia yang dapat dikembangkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Hal ini penting agar dapat bekerja lebih luas, tidak hanya pada warisan atau adat istiadat bangsa Indonesia.Â
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri. Alo, 2007, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta, LkiS.
Koendjaraningrat,Pengantar Ilmu Antropologi, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta, 2015.
Ranjabar. Jacobus, 2006, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengatar, Bandung, Ghalia Indonesia.
Sendjaja, S. Djuarsa, 1994, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka
Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
 Hildigardis M. I. Nahak, 2019. Upaya melestarikan budaya di era globalisasi, jurnal sosiologi nusantara
Fransiskus Eki Setiawan 2022, wawasan kebangsaan - scribd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H