Mohon tunggu...
Deka Pramanda
Deka Pramanda Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mahasiswa Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Diri Melestarikan Budaya Lokal di Era Modernisasi dalam Lensa Need For Achievement

2 Juli 2023   16:19 Diperbarui: 2 Juli 2023   16:53 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembahasan

    Menurut Koentjaraningrat (2015:146), budaya diartikan sebagai segala gagasan dan perbuatan seseorang yang harus dibiasakan dengan belajar, serta segala hasil pemikiran dan perbuatannya. Dalam bahasa Inggris, kata culture berasal dari kata latin cholera yang berarti mengolah atau mengerjakan, yang kemudian berkembang menjadi kata cultur yang diartikan sebagai daya dan upaya manusia untuk mengubah alam. Namun lebih dari itu, setiap kebudayaan pada dasarnya memiliki jiwa yang hidup karena kebudayaan mengalir terus ke dalam diri manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan tetap diciptakan, dari tempat ke tempat, dari individu ke individu dan dari waktu ke waktu.

Budaya dan masyarakat bagaikan dua sisi mata uang yang satu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apalagi Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai sosial budaya yang unik dan indah serta sangat cocok bagi wisatawan atau traveller yang ingin melihat pesona alam. Estonia. sosial budaya Indonesia.. Teori Sinkronisasi Budaya (Hamelink dalam Liliweri, 1983: 23) menyatakan "lalu lintas produk budaya masih berjalan satu arah dan pada dasarnya mempunyai mode yang sinkronik. Negara-negara metropolitan, terutama Amerika Serikat, menawarkan model negara satelit, yang membuat seluruh proses budaya di sini kacau atau sekarat. 

            Jika otonomi budaya didefinisikan menurut Hamelink sebagai kemampuan suatu masyarakat untuk memutuskan alokasi sumber dayanya untuk beradaptasi dengan lingkungan, maka sinkronisasi budaya ini jelas merupakan ancaman bagi otonomi budaya masyarakat tersebut. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat Indonesia, dimana hari ulang tahun hari ini lebih suka dirayakan di tempat-tempat yang identik dengan budaya Barat, sehingga tidak dianggap kuno, melainkan lebih modern. Misalnya; KFC, Mcdonalls, Pizza Hut.

 Pada dasarnya dulu  Indonesia memiliki banyak warisan budaya dari nenek moyang kita sebelumnya, hal-hal seperti itu yang patut dibanggakan oleh bangsa Indonesia sendiri, namun saat ini budaya Indonesia sedikit menurun karena sosialisasi di tingkat nasional, sehingga banyak orang lupa bahwa saya tidak tidak tahu apa itu budaya. Indonesia. Majunya perkembangan arus global dan semakin modern, semakin berkurang rasa cinta terhadap budaya barat. Hal ini sangat mempengaruhi keberadaan budaya lokal dan penghargaan terhadap pribumi Indonesia. 

Perkembangan Budaya di Indonesia  

Saat ini Indonesia semakin lebih mempromosikan budaya Indonesia dalam arti internasional, buktinya  budaya Indonesia lebih banyak dikenal orang luar dibandingkan orang Indonesia, misalnya batik adalah  hasil dari budaya Indonesia,  belakangan ini batik menjadi salah satu budaya yang muncul karena bernama UNESCO. Jumat, 2 Oktober 2009 batik  sebagai warisan budaya Indonesia dan hari itu ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.

Perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia didorong oleh beberapa kekuatan. Secara kategoris, ini disebabkan oleh dua kekuatan. Perubahan sosial, Petatama, merupakan kekuatan yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (factor internal), seperti perubahan generasi dan berbagai inovasi dan variasi lokal. 

Kedua, adanya kekuatan-kekuatan dari luar masyarakat (factor eksternal), seperti pengaruh kontak budaya langsung (cultural contact) dan penyebaran budaya (elemen) serta perubahan lingkungan, yang pada akhirnya dapat mempercepat perkembangan sosial dan budaya. masyarakat yang harus menata kembali kehidupannya (Koentjaraningrat, 2015: 191).

Kesadaran masyarakat untuk melestarikan budaya lokal saat ini masih sangat rendah. Masyarakat lebih menyukai budaya asing yang lebih praktis dan up-to-date. Ini tidak berarti bahwa budaya asing tidak dapat diasimilasi, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian. 

Seiring datangnya budaya asing, yaitu budaya berpakaian yang minim dan lebih terbuka, sering disebut dengan istilah you see, yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang mengikuti nilai kesopanan dan didukung oleh mayoritas. dari populasi adalah Muslim yang lebih suka berpakaian yang menyembunyikan ketelanjangan. Padahal bisa mengembangkan budaya yang ada supaya menjadi budaya baru tetapi tidak menghapus nilai -- nilai dan karakteristik dari budaya yang asli dan menerapkannya agar dikenal oleh berbagai kalangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun