Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Tafsir Kreatif Perjuangan Sayu Wiwit dalam Sendratari

11 September 2023   00:01 Diperbarui: 11 September 2023   18:49 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sayu Wiwit bersama perempuan prajurit. Dokumentasi penulis

Namun, apa yang ingin saya tekankan adalah realitas historis tentang perjuangan Sayu Wiwit yang berlangsung pada abad ke-18 menegaskan bahwa jauh sebelum feminisme berkembang di tanah air atau bahkan ketika masih banyak para perempuan Eropa dikekang oleh kode moralitas, di ujung timur Jawa, tokoh perempuan telah memimpin perjuangan melawan penjajah kulit putih.

Bahwa untuk mendapatkan konsep keteladanan dalam perjuangan kesetaraan, sejatinya, wilayah Nusantara memiliki banyak tokoh yang patut dijadikan acuan. Salah satunya adalah Sayu Wiwit. Di sinilah saya harus mengapresiasi pilihan cerdas dari para kreator untuk mengangkat kisah heroik Sayu Wiwit dan rakyat Blambangan dalam sendratari. 

Para penampil menyapa penonton setelah pertunjukan selesai. Sumber: DKK FIB UNEJ
Para penampil menyapa penonton setelah pertunjukan selesai. Sumber: DKK FIB UNEJ
Setidaknya, mereka berusaha mengingatkan para mahasiswa Gen-Z bahwa ada cerita, legenda, ataupun peristiwa sejarah yang bisa diolah secara kreatif sebagai sebuah sajian yang bisa menghadirkan hiburan sekaligus konstruksi wacana atau ideologi kesetaraan.

Kalaupun ada celah yang masih bisa dieksplorasi lagi adalah mengurangi kemonotonan struktur pertunjukan. Karena keinginan untuk menyebarluaskan wacana perjuangan tokoh perempuan, sendratari ini didominasi adegan-adegan heroik. Tentu bukan sebuah kesalahan karena ada alasan untuk menyampaikan kehebatan Sayu Wiwit. 

Namun, perlu dipikirkan untuk menghadirkan adegan pembeda yang bisa dinalar. Misalnya, eksplorasi kesedihan ketika Sayu Wiwit harus kehilangan rekan-rekannya atau ketika ia sedang merasakan getaran-getaran cinta di tengah-tengah perjuangan. Eksplorasi tersebut bukanlah suatu kesalahan, alih-alih akan menghadirkan sosok Sayu Wiwit dalam sendratari secara manusiawi.

Selain itu, memperkaya gerakan tari dengan gerakan-gerakan yang tidak melulu bernuansa tradisional mungkin perlu dicoba. Berakar pada tradisi tari Banyuwangi, khususnya gandrung, memang bisa memperkuat aura dan atmosfer pertunjukan. Namun, tidak ada salahnya kalau memasukkan gerakan tari kontemporer untuk menjadikan pertunjukan lebih kaya secara koreografis serta mempermudah memasukkan makna atau wacana tertentu.

Maka, bagi saya, sendratari Sayu Wiwit ini masih memungkinkan untuk dipentaskan kembali dalam event-event yang lebih besar, baik di dalam maupun di luar Universitas Jember. Tentu, para kreator tidak boleh bermalas-malasan untuk melakukan riset tambahan sebagai basis untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan kreatif  yang bisa menjadikan pertunjukan lebih menarik dan berenergi.

Rujukan

Wirabhumi, Aji. 2017a. Perjuangan Sayu Wiwit dan Jagalara. https://timesindonesia.co.id/peristiwa-daerah/155236/perjuangan-sayu-wiwit-dan-jagalara. 

Wirabhumi, Aji. 2017b. Sayembara Menangkap Sayu Wiwit. https://timesindonesia.co.id/kopi-times/163696/sayembara-menangkap-sayu-wiwit-.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun