Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sandur Klungkung: Ritual Keselamatan dari Kaki Gunung

23 Juli 2023   16:17 Diperbarui: 24 Juli 2023   11:11 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pelaku Sandur bergerak, mengitari buju' Taka yang keramat. Dokumentasi penulis 

Dengan riang gembira, mereka duduk di atas tikar plastik dan terpal yang di siapkan di bawah pohon. Para orang berusia senja pun tidak ketinggalan untuk berpartisipasi. Suara sound system dengan tembang sholawat pun mengiringi kehadiran mereka. 

Kerelaan warga Mujan untuk berkumpul sembari menyiapkan makanan dan bermacam kebutuhan lainnya menandakan pentingnya Sandur yang akan digelar. 

Warga duduk di kawasan pemakaman Mujan. Dokumentasi penulis
Warga duduk di kawasan pemakaman Mujan. Dokumentasi penulis

Saya pun semakin penasaran untuk segera melihat ritual ini ketika beberapa lelaki berusia senja mengatakan bahwa kawasan Mujan bebas dari wabah Covid-19 dan penyakit sapi karena warga masyarakat masih menggelar Sandur di buju' Taka, makam leluhur tempat dilaksanakannya ritual. 

Pernyataan mereka menjadi bukti betapa pentingnya Sandur bagi keberlangsungan hidup masyarakat Mujan di tengah-tengah pagebluk (wabah) yang melanda masyarakat Jember dan Indonesia.

Tepat pukul 09.00 WIB, acara seremonial dimulai dengan sambutan dari pembina Sandur, Kepala Desa Klungkung, ustadz, dan perwakilan Pemkab Jember. Setelah itu, acara tahlil yang ditujukan untuk para leluhur dikumandangkan oleh semua warga yang hadir di pemakaman. 

Warga mendengar sambutan Kepala Desa Klungkung. Dokumentasi penulis 
Warga mendengar sambutan Kepala Desa Klungkung. Dokumentasi penulis 

Tahlilan sebelum ritual merupakan bentuk sinkretisme yang dijalankan oleh warga Mujan terhadap tradisi agama Islam yang berkembang luas di masyarakat. Selain itu, sebagaimana banyak dilakukan dalam ritual lain, tahlilan ataupun doa-doa secara Islam bisa dibaca sebagai siasat kultural untuk menghindari tuduhan syirik dari pihak tertentu.

Menurut informasi dari salah satu warga, tuduhan syirik terhadap ritual Sandur lebih berkaitan dengan pelaksanaannya di buju' dan penggunaan sesajen tertentu seperti kembang. Dengan adanya tahlilan dan doa secara Islam, tuduhan tersebut tidak memiliki ruang luas untuk berkembang di masyarakat.

Beberapa petugas menyiapkan nasi dalam wadah daun pisang yang akan dibagi, sedangkan para bapak menunggu pembagian makanan. Dokumentasi pribadi
Beberapa petugas menyiapkan nasi dalam wadah daun pisang yang akan dibagi, sedangkan para bapak menunggu pembagian makanan. Dokumentasi pribadi
Makan bersama dari makanan yang dibawa ratusan warga perempuan menghadirkan pemandangan komunal yang cukup guyub. Selain wadah berbahan plastik dan kertas untuk aneka jajan, warga juga menyediakan tempat makan untuk nasi yang berasal dari daun pisang. 

Tradisi makan bersama dalam ritual di makam leluhur, pedanyangan, telaga, dan tempat keramat lain merupakan kebiasaan yang banyak dilakukan dalam ritual bersih desa/sedekah bumi di masyarakat Jawa atau kadisa di masyarakat Madura. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun