Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Industri Ekstraktif dan Ekstraktivisme dalam Tatapan Kajian Budaya

25 Mei 2023   10:22 Diperbarui: 26 Mei 2023   07:48 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung. (KOMPAS/KRIS RAZIANTO MADA) 

Namun demkian, Parks (2021) mengingatkan bahwa kita tidak bisa melepaskan kompleksitas terkait ekstraktivisme dan industri ekstraktif dari rangkaian sejarah panjang kapitalisme, kolonialisme, dan penjajahan internal terhadap sumberdaya alam dan mineral di negara-negara pascakolonial yang mengadopsi neoliberalisme. 

Ekstraktivisme merupakan ekspresi dari kolonialisasi terhadap alam yang bersifat politis karena melibatkan banyak aktor dalam tingkat kebijakan dan pemodal yang diperkuat dengan bermacam mekanisme penguasaan/penataan ulang ruang dan kekerasan terhadap mereka yang menolak/melawan. 

Bentuk-bentuk kekerasan cenderung dianggap wajar dalam kerangka ekstraktivisme demi kepentingan yang lebih besar bernama pembangunan dan kesejahteraan. Kolaborasi manis antara pemodal dan pemerintah menopang secara legal bermacam kepentingan pembangunan dan ekonomi, meskipun menghadirkan bermacam kekerasan terhadap manusia dan pengancuran terhadap alam. 

Kapitalisme ekstraktif, dengan demikian, dengan keras mengatur ulang wilayah-wilayah serta terus melanggengkan ketimpangan sosial dan ekonomi.  Karakteristik seperti itu, termasuk politisasi sumber daya alam, kepentingan negara dan korporasi yang tidak dapat dibedakan, dan reorganisasi ruang yang kejam, adalah faktor-faktor yang menjadi jelas ketika kita mencermati praktik-praktik ekstraktivis. 

Mengambil konsep ekstraktivisme, yang terjalin dengan sejarah kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme yang sedang berlangsung, sebagai titik awal analisis budaya memungkinkan kita untuk memetakan keterkaitan antara pola konsumsi masyarakat, kekerasan dan eksploitasi yang terjadi di pinggiran barat, dan bencana perubahan iklim yang terjadi pada skala planet. 

Dengan kata lain, analisis budaya terkait pengaruh ekstraktivisme terhadap kehidupan manusia dan kompleksitasn permasalahan yang diciptakannya tetap harus menimbang konteks historis serta ekonomi-politik negara dan pemodal yang memberikan peluang berkembangnya industri ekstraktif secara luas.

Rujukan

Caretta, Martina Angela & Sofia Zaragocin. 2020. Women's resistance against the extractive industry: embodied and water dimensions. Human Geography, Vol. 13(1): 3--5. doi: 10.1177/1942778620910893.

Caretta, Martina Angela, Sofia Zaragocin, Bethani Turley, & Kamila Torres Orellana. 2020. Women's organizing against extractivism: toward a decolonial multisited analysis. Human Geography, 00(0): 1--11. doi: 10.1177/1942778620910898.

Chagnon, Christopher W., Francesco Durante, Barry K. Gills, Sophia E. Hagolani-Albov, Saana Hokkanen, Sohvi M. J. Kangasluoma, Heidi Konttinen, Markus Krger, William LaFleur, Ossi Ollinaho & Marketta P. S. Vuola. 2022. From extractivism to global extractivism: the evolution of an organizing concept. The Journal of Peasant Studies, Vol. 49(4): 760-792. doi: 10.1080/03066150.2022.2069015. 

Junka-Aikio, Laura & Catalina Cortes-Severino. 2017. Cultural studies of Extraction. Cultural Studies, Vol. 31(2-3): 175-184. doi: 10.1080/09502386.2017.1303397.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun