Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Industri Ekstraktif dan Ekstraktivisme dalam Tatapan Kajian Budaya

25 Mei 2023   10:22 Diperbarui: 26 Mei 2023   07:48 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kacamata kajian budaya kita bisa mempertanyakann, misalnya, bagaimana proses, praktik, dan artikulasi yang terkait dengan ekstraktivisme menghasilkan subjektivitas dan strategi pemikiran tertentu dan memosisikan politik? 

Dengan latar belakang tersebut, cukup mengejutkan kiranya ketika ekstraktivisme belum mendapat perhatian khusus dalam kajian budaya, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam banyak tulisan ilmiah dan debat publik umum, perluasan industri ekstraktif terus dibahas terutama dari perspektif ekonomi, lingkungan dan pembangunan. 

Tambang batu bara di Kalimantan. Sumber: beritakaltim.co
Tambang batu bara di Kalimantan. Sumber: beritakaltim.co

Sebaliknya, kajian budaya untuk mempelajari ekstraksi dan ekstraktivisme akan memerlukan, misalnya, pemeriksaan (melalui konteks yang berbeda dan kasus khusus) konsekuensi sosial dan budaya ekstraktivisme, makna, implikasi, pengaruh, resistensi dan praktik sehari-hari, dan bagaimana mereka bersinggungan dengan lalu lintas globalisasi neoliberal dan eksploitasi intensif saat ini.

Masih menurut Junka-Aiko & Cortes-Severino (2017: 178), dengan membawa masuk kajian budaya ke dalam persoalan industri ekstraktif dan ekstraktivisme, setidaknya akan memperluas ruang lingkup dan jangkauan metode serta kerangka kerja analitis di mana ekstraktivisme dan konsekuensinya dapat ditelaah, diuraikan dan didiskusikan. 

Kita bisa bertanya secara kritis, dapatkah kajian budaya sebagai proyek politik membantu kita memahami pertaruhan epistemologis, ontologis, dan politik dari momen ekstraktif, dan membayangkan masa depan alternatif? 

Jika ekstraktivisme dipahami sebagai paradigma eksploitasi dan bukan mengacu pada serangkaian industri tertentu yang terbatas, apa artinya dalam konteks yang berbeda, dan melalui situs apa ia dapat dipelajari dan diperiksa? 

Bagaimana ekstraktivisme kontemporer dialami, dihayati dan dilawan secara transnasional dan di lokasi tertentu, melalui praktik kehidupan sehari-hari, melalui produksi budaya dan sosial, mempengaruhi dan melalui protes langsung dan perjuangan politik? 

Dengan cara apa ekstraktivisme dan perlawanan terhadapnya tercermin dalam budaya populer dan seni? Seperti apa model kajian budaya untuk membahas momen ekstraktif dalam politik dunia?

Pertanyaan-pertanyaan kritis tersebut menegaskan bahwa cakupan penelitian dengan menggunakan perspektif kajian budaya terhadap industri ekstraktif dan ekstraktivisme sangatlah luas. 

Dari aspek pembentukan istilah dan makna serta penyebarluasannya di kalangan akademisi dan masyarakat, kita bisa menelusuri bagaimana karakteristik wacana ekstraktivisme dan praktik industri ekstraktif di mapankan dalam bermacam media hingga bisa mempengaruhi kebijakan negara, pola pikir dan tindakan masyarakat, serta memunculkan resistensi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun