Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ritual Using dalam Tafsir Rakyat, Negara, dan Pemodal

17 Maret 2023   00:39 Diperbarui: 19 Maret 2023   20:40 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penari Seblang Bakungan membawa keris. Sumber: Hangga P./Travelingyuk.com

Ritual besar seperti Seblang di Bakungan dan Olehsari telah menjadi agenda wisata ritual pemkab. Bahkan, tradisi yang semula berorientasi kecil di Kemiren, oleh pemuka adat dan perangkat desa 'dibesarkan' dengan label Tumpeng Sewu.

Pertemuan antara kepentingan sakral untuk meminta keselamatan dan kesejahteraan dalam ritual dengan pasar pariwisata menjadi penanda khusus betapa hibriditas dalam cara pikir telah memberi peluang untuk memeriahkan dan membesarkan ritual agar enak ditonton. 

Meskipun demikian, dalam setiap kesempatan, pemuka adat dan masyarakat tetap meyakini ritual sebagai medium sakral yang mempertemukan doa manusia kepada kuasa Tuhan. Tidak mengherankan, meskipun sudah menikmati pesona modernitas, pesona ketradisionalan tidak bisa dihilangkan sepenuhnya dalam kehidupan masyarakat Using. 

Penari Seblang menari dengan menggendong boneka diikuti oleh pengikutnya. Sumber: Kompas.com/Ira Rachmawati
Penari Seblang menari dengan menggendong boneka diikuti oleh pengikutnya. Sumber: Kompas.com/Ira Rachmawati
Sebagai buktinya, dalam ritual Seblang Bakungan 2011, misalnya, masyarakat dengan penuh semangat mendukung acara tahunan tersebut. Rizky Apriliyanti, seorang perempuan muda yang pernah kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Banyuwangi yang tinggal di Bakungan dengan lancar menceritakan asal-muasal dan pelaksanaan Seblang sebagai berikut.

Pembabatan Desa Bakungan yang dulunya merupakan hutan dengan banyak ditumbuhi bunga bakung di pelopori oleh salah satu orang dari Bali yang merantau ke daerah ini. Di saat orang-orang mulai membabat hutan yang akan dijadikan sebagai sebuah desa, salah satu dari orang yang membabat ini mengalami kesurupan dengan banyak berbicara sendiri tentang impian sebuah desa itu dan mulai mengeluarkan gending-gending. 

Dari kejadian itu orang-orang menamakan Seblang yang diyakini sebagai sebuah wahyu untuk menjaga Bakungan dan dijadikan sebagai ritual di setiap tahunnya. 

Seblang sendiri berasal dari kata "sebele ilang" yang artinya Seblang sebagai ritual yang dilakukan oleh masyarakat Bakungan untuk menghilangkan hal-hal yang membuat desa ini mendapat bencana dan dipercaya untuk menjaga pertanian agar tidak terganggu dari hama atau hal yang merugikan petani. 

Seseorang akan yang menjadi Seblang haruslah dilihat dari garis keturunan penari Seblang yang pertama, apabila tidak dari garis keturunan, maka tidak dapat dikatakan sebagai Seblang. Sampai sekarang Seblang Bakungan sudah sampai generasi ke-11. Dan hal yang terpenting, untuk menjadi Seblang haruslah perempuan yang suci. 

Kategori suci di Bakungan adalah ketika orang itu sudah lewat dari masa menstruasinya dan bersedia menjadi Seblang dengan hati yang bersih. Di dalam ritual Seblang ini terdapat dua belas gending yang dalam satu gendingnya terdapat permintaan agar desa Bakungan terhindar dari bahaya dan pertanian menjadi subur. 

Isi setiap gending tersebut berbeda-beda. Salah satunya adalah gending Sukmo Ilang yang dapat membuat penari menghilang, peristiwa ini terjadi saat mbah Dewi menjadi Seblang. Ritual Seblang Bakungan ini juga megandung nilai keislamian, karena sebelum melakukan proses ritual berlangsung perlu dilakukan semacam sholat hajat, mengucapkan takbir dengan mengelilingi desa dan acara slametan. 

Salah satu fragmen Seblang Bakungan yaitu membajak sawah. Sumber: KOMPAS.COM/Ira Rachmawati 
Salah satu fragmen Seblang Bakungan yaitu membajak sawah. Sumber: KOMPAS.COM/Ira Rachmawati 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun