Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ritual Using dalam Tafsir Rakyat, Negara, dan Pemodal

17 Maret 2023   00:39 Diperbarui: 19 Maret 2023   20:40 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penari Seblang Bakungan membawa keris. Sumber: Hangga P./Travelingyuk.com

Masyarakat Using adalah entitas yang terus berkembang secara dinamis di tengah-tengah pengaruh modernitas dan kapitalisme pasar. Usaha-usaha untuk mengkonstruksi dan identitas kultural memang berlangsung, baik yang dilakukan atas prakarsa masyarakat maupun rezim negara. 

Namun, proses tersebut tidak bisa menghilangkan realitas bahwa sejak zaman kerajaan, kolonial, hingga saat ini, masyarakat dan budaya Using mengalami dialog dan komunikasi kultural dengan masyarakat dan budaya lain yang datang silih berganti. 

Dengan prinsip keterbukaan dan adaptasi kultural, masyarakat Using mampu terus memperbarui budaya mereka dengan nilai dan praktik modernitas sebagai akibat kapitalisme pertanian. Meskipun demikian, ada beberapa catatan yang kami munculkan terkait proses hibriditas kultural dalam masyarakat dan budaya Using.

Masyarakat Using adalah masyarakat yang dengan sadar menyeleksi dan memasukkan unsur-unsur budaya modern ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka bukanlah masyarakat yang anti-budaya modern. 

Dalam kondisi demikian, hibriditas kultural yang berlangsung memang dilakukan dengan sengaja karena masyarakat membutuhkan nilai dan praktik baru yang mendekatkan mereka dengan perubahan zaman menuju modernitas. 

Maka dari itu, melihat budaya Using harus dilakukan secara jeli dan kritis dengan menimbang faktor-faktor ekonomi politik, berupa kapitalisme pasar yang membawa aspek-aspek modernitas dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sekali lagi, masyarakat Using bukanlah masyarakat tradisional, seperti halnya masyarakat Tengger dan masyarakat-masyarakat lokal lainnya.

Penari Seblang bersama warga Bakungan dalam ritual tahun 2022. Sumber: Ngopibareng.id
Penari Seblang bersama warga Bakungan dalam ritual tahun 2022. Sumber: Ngopibareng.id

Di tengah-tengah keberantaraan dan hibriditas kultural, masyarakat Using secara komunal masih berusaha menjalankan secara ajeg sebagian tradisi, semisal slametan, yang mereka warisi dari para leluhur. 

Meskipun kesadaran makna-makna kultural-simbolik dari slametan tersebut semakin kurang dipahami, utamanya oleh generasi muda, tetapi dengan menggelar slametan mereka bisa mempererat perasaan komunal sehingga tradisi gotong royong dalam ritual juga masih kuat. Meskipun demikian, tradisi gotong royong dalam kerja pertanian sudah berganti dengan tradisi kerja berupah. 

Hukuman kultural, seperti tidak dibantu ketika pindahan rumah, selalu menanti bagi warga yang tidak mau ikut gotong royong dalam ritual. Selain itu, institusi pernikahan menjadi sarana untuk memperkuat tradisi Using kepada generasi muda, karena begitu menikah mereka akan mengikuti kembali aturan-aturan komunal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun