Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Transformasi Ludruk: Keterlibatan Politik, Hegemoni Negara, dan Strategi Survival

9 Februari 2023   00:02 Diperbarui: 19 Februari 2023   09:22 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Cerme Gresik menonton Karya Budaya. Dokumentasi penulis

Menariknya, aparatur negara cenderung mengekspos nasionalisme antikolonial, yang selalu menganggap penjajah (khususnya penjajah Belanda), sebagai musuh bersama bangsa karena kekuasaan mereka di masa lalu mengakibatkan kesengsaraan nasional, dalam aspek ekonomi, politik, dan budaya. 

Kesengsaraan tersebut menjadi argumen rasional untuk membangkitkan sentimen nasional dan menciptakan oposisi biner antara rakyat Indonesia dan Belanda, meskipun secara administratif mereka telah merdeka sejak tahun 1945.

Karena kelompok ludruk telah merevisi orientasi ideologis dan kreatifnya (mulai tahun 1970-an) para seniman harus mengikuti arahan militer dalam melakukan pertunjukannya, termasuk jenis cerita yang disukai dan pesan politik lainnya melalui kidungan dan parikan. Cerita perlawanan dalam setting kolonial merupakan salah satu ciri pertunjukan ludruk. 

Perlawanan terhadap penjajah Belanda atau kompeni pada masa Orde Baru menunjukkan mobilisasi nasionalisme antikolonial melalui pertunjukan ludruk. Bagi kami, yang menarik untuk dibahas adalah kemunculan para pahlawan rakyat sipil dalam cerita-cerita perlawanan yang berperan dominan dalam pemberontakan melawan kompeni.

Misalnya, dalam cerita berjudul Sogol Pendekar Sumur Gemuling, sang tokoh utama, Sogol, secara individual melakukan aksi “Robin Hood” dengan merampok keluarga kaya—baik Belanda maupun pribumi—dan memberikan barang rampasan kepada keluarga miskin di desanya. 

Eksploitasi kolonial menambah kemiskinan penduduk desa karena mereka harus memberikan hasil panen mereka kepada kompeni melalui aparat desa. Didorong oleh kemarahannya melihat ketidakadilan dan kemiskinan yang dialami oleh penduduk asli yang miskin, 

Sogol memutuskan untuk melakukan perampokan, meskipun tindakan tersebut menjadikannya musuh publik, tidak hanya di mata kompeni, tetapi juga di mata penduduk asli yang kaya. . Bagaimana Sogol bisa memiliki keberanian seperti itu? Ia memiliki kesaktian yang membuatnya aman dari cedera atau kematian akibat tembakan. 

Memang di akhir cerita, kompeni bisa membunuh Sogol setelah ibunya ditangkap, namun semangat perlawanan terhadap penjajah menjadi wacana dominan yang diceritakan kepada para penonton ludruk. Menariknya, ada beberapa cerita populer serupa yang juga mengandung wacana perlawanan, seperti Sarip Tambak Oso, Sawunggaling, Pak Sakerah, Joko Sembung, dll.

Pertanyaannya kemudian, mengapa para seniman ludruk pada periode ini menampilkan cerita perlawanan. Ada beberapa jawaban yang masuk akal untuk pertanyaan tersebut mengingat konteks sejarah kelahiran kembali ludruk pada masa Orde Baru di Indonesia. 

Penguasaan aparat militer terhadap kelompok dan seniman ludruk pada tahun 1970-an tidak hanya dalam arti administrasi dan politik, tetapi juga dalam arti produksi. Sebagai kelas penguasa dalam pembentukan rezim negara, aparat militer mungkin. Pertanyaannya kemudian, mengapa para seniman ludruk pada periode ini menampilkan cerita perlawanan. 

Ada beberapa jawaban yang masuk akal untuk pertanyaan tersebut mengingat konteks sejarah kelahiran kembali ludruk pada masa Orde Baru di Indonesia. Penguasaan aparat militer terhadap kelompok dan seniman ludruk pada tahun 1970-an tidak hanya dalam arti administrasi dan politik, tetapi juga dalam arti produksi. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun