Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Perempuan dalam Narasi Film: Representasi, Ideologi, dan Hegemoni

1 Februari 2023   14:54 Diperbarui: 5 Februari 2023   16:20 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grace Jones dalam James Bond, A View to a Kill. Sumber: Alamy Stock Photo/Vogue

Dengan penyebaran tanpa nama dan label itulah, wacana dan kuasa-hegemonik disebarkan secara massif sehingga kehadiran kepentingan kuasa tidak lagi dipandang sebagai keterpaksaan dari tindakan represif karena semua subjek merasa ikut memiliki kepentingan tersebut atas nama kesejahteraan ataupun ketertiban sosial, misalnya.

Media dalam praktik representasinya sangat memperhatikan relasi kuasa dan wacana konsensual yang sudah diyakini masyarakat, baik di ranah politik, ekonomi, maupun sosio-kultural. 

Meskipun para praktisi media sering mengatakan mereka bersikap netral dan profesional serta terlepas dari kuasa ideologis, toh, dalam praktiknya mereka tetap saja berusaha merepresentasikan konsensus yang ada dalam masyarakat atau negara, sehingga di dalamnya terdapat negosiasi kepentingan-kepentingan ideologis dominan (Hall, 1982: 87-88). 

Maka, media, di satu sisi, "berorientasi pada wacana ideologis konsensual" dan, di sisi lain, "ikut memproduksi konsen", sehingga dalam sebuah relasi kuasa hegemoni ia mempunyai "fungsi timbal-balik". 

Artinya, dalam proses produksi dan representasinya, media menghadirkan wacana ideologis dominan yang berkembang dan dipraktikkan melalui aktivitas ekonomi, politik, agama maupun budaya. 

Apa-apa yang disampaikan melalui tayangan-tayangan di media, bisa diterima masyarakat karena mereka bisa menemukan rujukan-rujukan dari formasi diskursif yang sudah ada sebelumnya di masyarakat. 

Michelle Yeow dalam James Bond, Tomorrow Never Dies. Sumber: Alamy Stock Photo/Vogue
Michelle Yeow dalam James Bond, Tomorrow Never Dies. Sumber: Alamy Stock Photo/Vogue
Dengan konteks tersebut, media masuk dalam lingkaran penandaan dan wacana yang mampu mengkonstruksi pemahaman masyarakat terhadap makna-makna ideologis tertentu, baik yang berupa budaya maupun politik, sehingga mereka merasa menjadi bagian dari ideologi tersebut (Fiske, 2006: 236-237).

Film sebagai bagian dari industri media, juga tidak bisa dilepaskan dari praktik politik representasi. Sebagai bentuk representasi dalam wujud teks audio-visual, film merupakan situs strategis bagi proses penyebaran wacana dan kepentingan ideologis dalam masyarakat. 

Film sebagai medium hiburan, sangat dekat dengan persoalan-persoalan riil atau wacana konsensual yang ada dalam masyarakat, sehingga banyak penonton yang mengabaikan proses, potensi, dan pretensi ideologis yang dibawanya. Di sinilah berlangsung proses normalisasi ideologi menuju proses hegemonik.

Proses ideologis dalam film tidak bisa terlepas dari proses artikulasi menuju konsensus seperti yang terdapat dalam realitas kehidupan sosial. 

Hal itu menjadikan apa-apa yang direpresentasikan dalam film ber-genre memunculkan struktur dunia naratif maupun penandaan yang kompleks, yang di satu sisi berusaha menegosiasikan kepentingan kelas kuasa, dan, di sisi lain, mengartikulasikan kepentingan kelas-kelas lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun