Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siasat Perempuan Diasporik dalam Novel Almost a Woman

23 Februari 2023   00:14 Diperbarui: 23 Februari 2023   00:17 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan menjadi subjek hibrid, generasi muda diasporik dapat mengukir capaian ideal dalam hidup dengan menggunakan mekanisme yang dijalankan oleh subjek dominan, masyarakat kulit putih Amerika yang pernah menguasai Puerto Rico. Dengan cara ini, mereka dapat mengganggu kemapanan pengetahuan yang digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan. 

Santiago menggambarkan bagaimana Negi, misalnya, dapat berbicara bahasa Inggris dengan aksen Amerika kulit putih dan mampu memiliki keterampilan profesional sebagai aktris. Dengan cara ini, Santiago menyampaikan pandangan dunianya bahwa masyarakat induk tidak seharusnya memandang perempuan Latin hanya dari penampilan fisiknya. 

Perempuan Puerto Rico juga dapat melakukan upaya kreatif untuk memperjuangkan apa yang mereka idamkan. Jadi, ketika Negi kembali ke ibu dan keluarganya, wacana yang ia sampaikan adalah kesetaraan dan pengakuan yang harus diberikan kepada subjek diasporik, baik dari segi kapasitas intelektual dan profesional maupun budaya lokalnya, karena itu semua adalah amanat liberalisme.

Dalam posisi tersebut, melalui Almost A Woman, mengadopsi pemikiran Hurtado (2019), Santiago mengkonstruksi subversi terhadap kekuatan konservatif Puerto Rico yang dapat membelenggu kaum muda  diasporik serta kekuatan hegemonik masyarakat induk yang, meski memberikan banyak peluang bagi mereka untuk maju, tetap saja melakukan stereotipisasi dan diskriminasi rasial. 

Hibriditas budaya memungkinkan subjek diasporik memosisikan diri, pikiran, dan tindakan mereka dalam apropriasi lentur terhadap budaya metropolitan dan negosiasi budaya ibu sambil mereformasi diri untuk memenuhi hasrat dan keinginan untuk maju. 

Dalam arena kekuasaan hegemonik kulit putih dan liberalisme yang menundukkan komunitas non-Barat, subjek diasporik dikonstruksi memiliki kesadaran etis-kritis untuk meniru sekaligus mengejek karena masih menjalani sebagian budaya lokal. 

Selain itu, mereka juga dapat memberikan visi baru tentang pandangan lokal dalam memosisikan perempuan dan kaum muda yang benar-benar dapat melakukan lompatan kreatif untuk bersaing dalam kehidupan metropolitan.

Daftar Rujukan 

Hosam Aboul-Ela. 2004. "Comparative hybridities: Latin American intellectuals and postcolonialists." Rethinking Marxism: A Journal of Economics, Culture & Society, 16(3): 261-279.

Acevedo, Gregory. 2004. "Neither Here Nor There: Puerto Rican Circular Migration." Journal of Immigrant & Refugee Services, 2(1/2): 69-85.

Al Maleh, Layla. 2009. "Anglophone Arab Literature: An Overview." In Arab Voices in Diaspora: Critical Perspectives on Anglophone Arab Literature, edited by Layla Al Maleh, pp. 1-63. Amsterdam: Rodofi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun