Kembalinya Negi ke Mami dan keluarganya di Brooklyn merupakan penegasan identitas antara yang memberi ruang bagi kehadiran kewarganegaraan Puerto Rico di ruang metropolitan-transnasional. Keluarga menjadi situs kutlural untuk kembali di tengah segala upaya liberal untuk mencapai kemajuan hidup.Â
Apalagi keberadaan keluarga merupakan wujud kebangsaan yang harus tetap dijaga dalam kehidupan multikultural AS yang sejatinya memberikan peluang bagi tumbuhnya budaya dan jati diri bangsa tanpa mengabaikan nilai-nilai ideal Amerika seperti penghormatan terhadap kebebasan dan kesetaraan.Â
Dalam posisi seperti itu, pilihan untuk kembali ke keluarga sebagai representasi bangsa sebenarnya mengingatkan pada pentingnya kehidupan Amerika yang seharusnya menghormati etnis dan ras lain, alih-alih melanggengkan stereotip dan diskriminasi rasial sebagai warisan dari era perbudakan dan penjajahan.Â
Selanjutnya, pentingnya keluarga sebagai metafora kultural dan nasional adalah karakteristik diskursif dari formasi sastrawi penulis perempuan Puerto Rico , baik di pulau maupun di daratan (Moreno, 2012). Dengan kembali ke keluarga, subjek diasporik tetap terlibat dalam keberlangsungan budaya ibu, meski sudah bercampur dengan perjuangannya mewujudkan impian.
Oleh karena itu, Negi dalam banyak kesempatan mulai merepresentasikan negara dan budayanya kemanapun ia pergi. Menurutnya hal itu akan berdampak positif pada masyarakat dominan dan akan menutupi stereotip negatif.
Aku menggunakan setiap kesempatan untuk menyebutkan Puerto Rico dan warga Puerto Rico, bahkan ketika topik pembicaraan tidak ada hubungannya dengan etnis atau budaya. Jika aku menjernihkan ketidaktahuan mereka tentangku, mungkin mereka akan melihat orang Puerto Rico berikutnya yang datang dengan rasa hormat alih-alih kecurigaan. (Santiago, 2012: 241)
Wacana "menjadi bangga pada ke-Puerto Rico-an" yang direpresentasikan melalui tindakan Negi merupakan upaya sastrawi untuk mengartikulasikan antusiasme sebagian besar masyarakat Puerto Rico dalam melihat dan memosisikan subjektivitas mereka di tengah-tengah kehidupan metropolitan.Â
Meskipun, mereka telah memperoleh kewarganegaraan AS dan telah lama melakukan apropriasi terhadap budaya induk, banyak warga diasporik mengidentifikasi diri mereka dengan budaya dan kebangsaan Puerto Rico karena proses historis diskriminasi rasial yang mereka alami dari masa lalu hingga periode kontemporer (Vale, 2018; Silver, 2015; Loveman & Muniz, 2007; Glvez, 2013; Vargaz-Ramos, 2012).Â
Penegasan Negi atas identitas Puerto Rico, dengan demikian, merupakan strategi diskursif untuk memperkuat subjektivitas lokal yang tidak boleh dibuang dalam kehidupan metropolitan serta perjuangan untuk mengurangi diskriminasi terhadap imigran oleh masyarakat induk.Â
Lebih lanjut, subjek diasporik juga mengingatkan masyarakat Amerika tentang tindakan diskriminatif terhadap imigran yang justru mengkhianati liberalisme itu sendiri.Â
Dengan kata lain, kesadaran kritis-etis subjek diasporik dapat menjadi cara untuk melaksanakan "misi pemeradaban baru" kepada masyarakat Barat yang dalam sejarah panjang kolonial dan pasca-kolonial menjelma sebagai pembawa misi peradaban.