Dalam film-film James Bond, misalnya, kita bisa menemukan bagaimana tokoh antagonis yang berasal dari wilayah berideologi komunis digambarkan sebagai kekuatan setan. Hal yang sama kita temukan dalam banyak pemberitaan terorisme yang dimobilisasi dan diidentikkan dengan orang-orang Timur Tengah beragama Islam yang ingin menghancurkan kekuatan Barat.Â
Karya-karya sastra kontemporer juga belum bisa lepas sepenuhnya dari pengaruh medan wacana Oriental yang diwariskan secara turun-temurun dalam banyak literatur dan produk kultural lainnya.Â
Dengan demikian, banyak produk budaya juga memiliki kepentingan kuasa yang bisa diungkap dengan cara baca kritis, bukan sekedar deskritif yang menempatkan karya kultural, seperti sastra, iklan, berita wisata, film, tayangan televisi, dan yang lain sebagai murni informasi dan hiburan.Â
Untuk itulah kita perlu memosisikan diri kita sebagai subjek yang tidak silau oleh keindahan bahasa dan tampilan visual sebuah karya. Alih-alih siap untuk memiliki posisi kritis terhadap apa-apa yang tampak tidak berkepentingan, karena sejatinya kita akan berjumpa dengan banyak kepentingan. Â
Rujukan
Said, Edward W. 1979. Orientalism. New York: Vintage Books
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H