Argumen tersebut, lebih jauh lagi, merupakan cara untuk selalu memosisikan Timur dalam posisi subordinat dan harus mengikuti logika Barat ketika ingin mengalami proyek-proyek modernitas.Â
Kolonialisme, dengan demikian, dinalarkan sebagai "proyek kemanusiaan" atau "misi pemeradaban" untuk menjadikan manusia dan budaya Oriental maju dalam arahan perbadaban Barat.Â
Dampaknya  praktik eksploitasi kekayaan alam dan manusia serta beragam kekejaman menjadi "tidak begitu penting" untuk dijadikan wacana utama dalam banyak karya Barat, seperti karya sastra, tulisan etnografis, lukisan, majalah, dan yang lain.Â
Tulisan ini merupakan usaha untuk, pertama-tama, menguraikan konstruksi teoretis Orientalisme yang dikembangkan oleh Said. Orientalisme bukan hanya berbicara representasi superioritas Barat dan inferioritas Timur dalam produk-produk kebudayaan.Â
Lebih dari itu, ada kepentingan kuasa kolonial dalam bidang politik, ekonomi, religi, dan budaya serta transformasinya di masa kini yang harus dibongkar, diuraikan, dikritisi, dan disampaikan ke publik sehingga diharapkan muncul kesadaran kritis tentang kompleksitas istilah Oriental dan bermacam turunannya.Â
Uraian teoretis ini dimaksudkan untuk memberikan pijakan analitik untuk para peneliti yang ingin mendalami konstruksi subordinasi Timur dalam karya sastra ataupun produk kultural lainnya, seperti film, acara televisi, majalah, booklet wisata, baliho, dan masih banyak lagi.Â
Setidaknya, dengan uraian teoretis yang berasal dari bukunya secara langsung dan dilengkapi dari sumber-sumber terkait lainnya, kita tidak akan salah arah dan salah jalan dalam mengoperasionalkan teori yang dituliskan Said serta tidak mengabaikan kepentingan strategisnya untuk membongkar beroperasinya kuasa melalui praktik diskursif dan relasi kontekstualnya dengan kondisi historis.Â
Memasuki Dunia Timur
Dalam pemahaman Said,  Orient atau Timur, bukan sekedar sebutan geografis untuk wilayah yang berbeda dari Barat—dalam hal ini Eropa Barat, dan pada perkembangan berikutnya termasuk Amerika Serikat. Memang benar, Orient adalah sebutan untuk manusia, masyarakat, dan bangsa yang secara geografis mendiami bukan wilayah Barat.Â
Namun, kehadiran istilah Orient, sejatinya, memiliki makna-makna politis yang dilekatkan kepada kepentingan kolonialisasi Barat terhadap Timur. Sejak awal, Said sudah memberikan batasan yang tegas dan jelas terkait makna Timur.Â
Pertama, Timur merupakan temuan manusia Eropa dan sejak masa kuno ia menjadi tempat romansa, kehidupan eksotis, ingatan dan pengalaman yang menghantui, dan pengalaman tak terlupakan. Romansa berkaitan erat dengan petualangan dan berbagai macam cerita yang didapatkan manusia-manusia Eropa, sejak era kuno hingga kolonial.Â