Menurutnya, pengamatan mendalam pada level tata bahasa mikro menawarkan sudut pandang penting ke dalam pilihan kerangka linguistik spesifik bagi tindakan, keyakinan, dan perasaan orang yang tidak sekedar merefleksikan relasi kekuasaan yang sudah ada, tetapi juga membentuk relasi tersebut.
Dengan kata lain, bagaimana orang-orang memaparkan tindakan, keyakinan, dan perasaan mereka (bagaimana mereka mengerangkainya secara linguistik) sama-sama mempengaruhi dan dipengaruhi dinamika kekuasaan dalam komunitas.
Maka, analisis tata bahasa, apabila diletakkan dalam konteks sosial yang sebenarnya, bisa membimbing kita kepada pemahaman yang lebih kritis baik tentang tata bahasa maupun politik.
Alexandra Jaffe: Ideologi dalam Tindakan Berbahasa
Ideologi bisa ditemukan dalam tindakan atau perilaku berbahasa. Tesis terebut dikembangkan Alexandra Jaffe dalam karya etnografisnya, Ideologies in Action: Language Politics on Corsica (1999). Ia meneliti keterkaitan antara bahasa dan politik melalui fokus level-makro pada aktivitas dan sikap berbahasa para aktivis dan warga biasa di pulau Mideterania, Corsica.
Dengan mengamati status berbeda dari dua bahasa yang biasa digunakan di pulau, bahasa Perancis dan bahasa Corsican, ia menunjukkan betapa sikap terhadap kedua bahasa tersebut berjalin-kelindan dengan isu identitas kultural, kekuasaan politik, dan kepentingan ekonomi.
Menurut Jaffe, perencanaan bahasa/revitalisasi merupakan proses kompleks di mana tidak ada pilihan atau kebijakan linguistik benar-benar murni dan netral. Pilihan bahasa dan bentuk bahasa benar-benar diinvestasi dengan kepentingan sosial, ekonomi, kultural, dan politik.
James M. Wilce: Politik Komplain
Karya etnografis James M. Wilce, Eloquence in Trouble: The Poetics and Politics of Complaint in Rural Bangladesh (1999), mengamati “omongan bermasalah” atau komplain, termasuk genre khusus tembang ratapan di Bangladesh.
“Kefasihan dalam masalah” memiliki dua makna: warga Bangladesh yang berusaha meratap untuk menggambarkan penderitaan mereka seringkali sangat lancar/fasih; dan bentuk-bentuk ratapan ini semakin berkurang sehingga menjadi genre dalam masalah, menuju kepunahan.