Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sedekah Bumi dan Pesan Ekokultural dari Curahnongko Jember

31 Agustus 2022   15:39 Diperbarui: 2 September 2022   05:28 1777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunungan utama diletakkan di atas mobil jeep.| Dokumentasi pribadi penulis

Ayam ingkung (rasulan), nasi, kembang, dan wadah dari tanah liat.| Dokumentasi pribadi penulis
Ayam ingkung (rasulan), nasi, kembang, dan wadah dari tanah liat.| Dokumentasi pribadi penulis

Begitupula air, udara, api, matahari, bulan, gunung, sungai, laut, dan hutan berperan penting bagi manusia dan makhluk lainnya. Maka, dalam prinsip hidup orang Jawa, tidak diperkenankan untuk mengabaikan semua elemen kehidupan. 

Bahkan, benda mati seperti wadah dari bambu dan tanah liat, memberikan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan mereka.Dengan kata lain, melalui aneka macam barang yang dihadirkan dalam sesajen, para leluhur Curahnongko yang sebagian besar berasal dari etnis Jawa dan sebagian kecil Madura sejatinya ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang di masa lalu dan di masa kini.

Aneka wadah dari bambu. | Dokumentasi pribadi penulis
Aneka wadah dari bambu. | Dokumentasi pribadi penulis

Mereka merupakan makhluk yang sudah seharusnya terus mengusahakan upaya simbolik dan praksis untuk mengapresiasi alam semesta dan beragam isinya yang berkontribusi penting bagi kehidupan di bumi Curahnongko.

Bagi saya, upaya Kades Wiwhin untuk menghadirkan sesajen jangkep (lengkap) untuk persiapan ruwatan merupakan bentuk kesadaran kultural. Ia meminta bantuan tokoh adat, Mbah Jumitun, untuk menyiapkan sesajen sebagaimana yang diwariskan para leluhur di Curahnongko. 

Mbah Jumitun bersama dalang ruwat. | Dokumentasi pribadi penulis
Mbah Jumitun bersama dalang ruwat. | Dokumentasi pribadi penulis

Mbah Jumitun adalah perempuan adat yang mendapat pengetahuan tentang sesajen secara turun-temurun dari para leluhur. Beruntunglah warga Curahnongko masih memiliki Mbah Jumitun yang sewaktu mudanya aktif di pertunjukan wayang dan sering membantu orang tua untuk menyiapkan sesajen. 

Kalau sudah tidak ada pemimpin yang memiliki kesadaran tersebut, bisa dipastikan sesajen untuk Sedekah Bumi akan punah dari ruang desa. Apalagi kalau sudah ada pihak-pihak tertentu yang mengkaitkannya dengan makan untuk jin dan perbuatan syirik. 

Aneka sesajen siap menyempurnakan pertunjukan wayang ruwatan.| Dokumentasi pribadi penulis
Aneka sesajen siap menyempurnakan pertunjukan wayang ruwatan.| Dokumentasi pribadi penulis

Maka, saya sangat bahagia ketika Kades Wiwhin mengatakan telah meminta aparat desa untuk mencatat sesajen yang dibutuhkan untuk Sedekah Bumi sehingga bisa ditularkan kepada generasi muda dan warga masyarakat lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun