Maka, mengikuti Pameran Bondowoso 1898 merupakan salah satu cara untuk menunjukkan ke publik luas tentang keberhasilan para pengusaha tersebut, selain memperluas pasar untuk produk-produk mereka. Pada masing-masing anjungan, kita bisa melihat produk-produk unggulan yang dipajang.Â
Selain untuk menunjukkan keberhasilan dari usaha komersial yang dijalani keberadaan produk tersebut juga menjadi penanda kekhususan usaha perusahaan atau perkebunan. Tentu, tujuan yang tidak kalah penting adalah menawarkan produk-produk tersebut kepada para pengunjung pameran.Â
Foto di atas adalah sebuah ajungan yang memamerkan hasil-hasil pertanian dan perkebunan buah. Meskipun tidak ada keterangan terkait nama perusahannya, tatanan buah dan hasil pertanian disiapkan dengan baik dan rapi. Adanya ruang untuk pengunjung berlalu-lalang diharapkan bisa memberikan mereka rasa nyaman.Â
Kehadiran anjungan ini menjadi penanda bahwa tanah Hindia Belanda, memiliki kesuburan yang memungkinkan untuk membudidayakan tanaman pertanian dan perkebunan dengan baik serta bisa memberikan keuntungan kepada para pengusaha kolonial dan pemerintah kerajaan Belanda.
Tanaman perkebunan lain yang laku keras di pasar internasional adalah teh. Di Jawa Timur, salah satu perkebunan teh yang cukup terkenal di era itu adalah Swaroe Boeloerotto, Blitar. Adapun varietas teh yang ditanam adalah "assam" yang ditemukan oleh R. Bruce pada tahun 1823 dan tidak lama setelah itu mulai masuk ke Indonesia.Â
Di pameran Bondowoso, perusahaan perkebunan teh tersebut membuat anjungan untuk memamerkan produk-produk olahan dari teh yang dipanen di kawasan Blitar. Selain mengabarkan kepada pemerintah kolonial dan warga masyarakat tentang keberhasilan perkebunan teh Swaroe Boeloerotto, juga untuk menjual produk-produk olahan tersebut kepada para pengunjung. Â
Anjungan lain yang memamerkan produk teh adalah Soember Sari. Karena ketiadaan informasi yang memadai, saya tidak tahu dari mana perusahaan teh Soember Sari berasal. Dari lacakan di Google, saya hanya menemukan nama perkebunan teh Sumber Sari Bumi Pakuan (SSBP) di kawasan Cisarua, Puncak.
Apakah perkebunan SSBP adalah kelanjutan dari perkebunan Soember Sari yang ikut berpameran di Bondowoso pada tahun 1898, belum ada informasi lebih lanjut.Â
Kehadiran dua perusahaan yang bergerak dalam perkebunan teh di pameran Bondowoso secara gamblang menandakan betapa populernya tradisi minum kopi di masyarakat Hindia Belanda. Selain itu, komoditas teh juga sangat laku di pasar internasional, sehingga dengan mengikuti pameran diharapkan semakin banyak investor yang tertarik untuk membuka perkebunan teh. Tidak hanya di kawasan Jawa Barat, tetapi juga di Jawa Tengah dan Jawa Timur.