Pemerintah Afdeeling Panaroekan membuat pintu gerbang yang kokoh menggambarkan gapura untuk masuk ke kawasan pelabuhan. Ini tentu tidak bisa dipisahkan dari aspek historis di mana Panaroekan memiliki pelabuhan komersial yang sudah beroperasi lama.Â
Menurut catatan Aprianto (2019), setidaknya sejak zaman Majapahit (1300-an), Pelabuhan Panaroekan sudah tumbuh menjadi penghubung antara wilayah pedalaman Jawa bagian timur dengan Madura, serta wilayah-wilayah lain. Banyak pelaut dari pulau-pulau dan negara lain berusaha mendapatkan rezeki ekonomi dari aktivitas pelabuhan Panaroekan.Â
Pada abad ke-16, Pelabuhan Panaroekan sudah ramai dikunjungi para pelaut internasional. Pembukaan kawasan perkebunan di Bondowoso, Situbondo, dan Jember menjadikan pelabuhan Panaroekan semakin ramai, khususnya untuk aktivitas menyimban, menimbun, dan memberangkatkan hasil panen tanaman komersial seperti kopi, kakao, karet, dan tembakau ke pasar Eropa.Â
Tidak mengherankan kalau sejak di pintu gerbang atau gapura buatan, pemerintah Afedeling Panaroekan ingin menampakkan kehebatan pelabuhannnya di mata pemerintah afdeling lain serta para pengunjung pameran. Bagaimanapun roda ekonomi pemerintah kolonial di Hindia-Belanda dan dampak kesejahteraan bagi warga Belanda di seberang lautan, tidak bisa dipisahkan dari keberadaan pelabuhan Panaroekan.Â
Belum lagi kalau dikaitkan dengan proyek Jalan Anyer-Panaroekan di masa pemerintahan Gubernur Jendral Daendels (1808-1811). Maka, semakin penting posisi kawasan Panaroekan dalam mekanisme kekuasaan kolonial, khususnya terkait persoalan ekonomi berbasis perkebunan dan maritim yang menjadi kekuatan pemerintah Hindia-Belanda.
Sementara, ajungan yang dibuat oleh pemerintah Afdeling Banjoewangi lebih sederhana. Hanya saja, di bagian atas pintu gerbang tampak dekorasi yang seperti menandakan sinar matahari. Bisa jadi itu menggambarkan posisi Banjoewangi sebagai kawasan di ujung timur Jawa, di mana matahari muncul untuk pertama kali di Pulau Jawa.
ANJUNGAN PERUSAHAAN ATAU PERKEBUNAN
Kepentingan untuk menunjukkan keberhasilan usaha-usaha pemerintah dan pengusaha swasta Eropa dalam mengelola wilayah dan potensinya masing-masing, bisa jadi menjadi alasan hadirnya anjungan perusahaan perkebunan dan perusahaan komersial lainnya di Pameran Bondowoso.Â
Sebagaimana kita ketahui, penerapan ekonomi politik liberal oleh pemerintah Hindia Belanda mendorong banyaknya investasi yang dilakukan para pemodal swasta di sektor perkebunan dan pertanian. Tingginya permintaan internasional terhadap produk-produk perkebunan seperti teh, kopi, kakao, dan karet mendorong para pengusaha swasta Eropa untuk mendapatkan keuntungan dari wilayah Hindia Belanda, termasuk Jawa Timur.