Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Petik Laut Tanjung Papuma dalam Perspektif Pariwisata Ekokultural

2 Agustus 2022   13:27 Diperbarui: 9 Agustus 2022   14:11 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratusan warga melepas nelayan dan perahu motornya, membawa sesajen dan hasil bumi. Dok. Tim Video

Selain itu pengetahuan adat berbasis alam sebagai warisan budaya tak benda juga bisa dimasukkan dalam elemen pariwisata ekokultural (Katelieva, Muhar, & Penker, 2019). 

Pariwisata ekokultural memiliki keunikan karena bisa menarik wisatawan untuk mengalami dan mengeksplorasi cara hidup masyarakat lokal, adat istiadat dan agama, warisan budaya, dan implikasi budaya lain yang tidak mereka kenal. 

Para hapsari menuju pantai. Dok. penulis
Para hapsari menuju pantai. Dok. penulis

Wisatawan juga bisa belajar mengapresiasi keberbedaan budaya masyarakat lokal di tengah-tengah trend homogenisasi budaya global. Pengembangan sumber daya ekologi dan budaya yang terkoordinasi dapat memberikan peluang kerja dan pendapatan bagi masyarakat lokal. 

Tentu saja, kebijakan strategis untuk menjalankan wisata berkelanjutan yang mengintegrasikan kekayaan budaya dan konservasi ekologis mutlak dibutuhkan agar pemerintah maupun warga masyarakat bisa merasakan dampak positifnya (Loulanski & Loulanski, 2011; Junjie Su, 2019; d’Hauteserre, 2010; Mgonja et al, 2015). 

Apa yang tidak boleh diabaikan adalah memberikan kendali kepada masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam menjalankan aktivitas wisata ekokultural agar potensi wilayah mereka tidak dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan dari luar yang bisa merugikan (Pereiro, 2016).

Kades Lojejer dan istri ikut memanjatkan doa. Dok. Pemdes Lojejer
Kades Lojejer dan istri ikut memanjatkan doa. Dok. Pemdes Lojejer

Dari perspektif ekokultural, apa yang dilakukan Pemdes Lojejer dan KBM Ekowisata Perhutani Jawa Timur dengan menggelar Petik Laut sebagai ganti Larung Sesaji serta dimeriahkan dengan gelar kesenian merupakan upaya konkrit untuk menjalankan aktivitas kepariwisataan yang juga terus menumbuhkan keterlibatan para pelaku seni dan budaya. 

Pelibatan mereka dalam Petik Laut tentu bisa memberikan suntikan energi baru untuk terus melestarikan kesenian atau melanjutkan sanggar/komunitas seni yang ada. 

Para pelaku seni dan budaya, selain mendapatkan rezeki ekonomi, juga akan menemukan dan merasakan empati dari pemerintah desa dan Perhutani sebagai representasi Negara di wilayah lokal. Dari situlah, mereka akan terus memelihara semangat untuk berkesenian dan berkebudayaan.

Iring-iringan menyusuri pantai. Dok. penulis
Iring-iringan menyusuri pantai. Dok. penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun