Kehadiran Bendung Pondok Waluh telah memunculkan desa-desa di kawasan pertanian. Tentu saja, banyak cerita tentang permasalahan dan dinamika pertumbuhan sosial, ekonomi, dan budaya di desa-desa tersebut.Â
Termasuk, bagaimana masyarakat terus berusaha menjalani sebagian budaya lokal Jawa di tengah-tengah hasrat mereka untuk menjadi modern melalui pertanian warisan kolonial dan praktik konsumsi budaya modern dalam kehidupan sehari-hari.Â
Menilik dinamika tersebut, Bendung Pondok Waluh dan bendung-bendung lain di Jember, selain terus difungsikan untuk keperluan irigasi juga bisa didesain untuk menjadi wisata warisan kolonial (colonial heritage tourism).Â
Para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum bisa diajak untuk mengunjungi bendung yang bisa diakses dari arah Kecamatan Tanggul, Kencong, Gumukmas, Jombang, ataupun Semboro ini.Â
Mereka bisa diajak untuk mengenal teknologi Belanda di era kolonial yang cukup membantu untuk mengalirkan air sungai alami di Jember sehingga bisa bermanfaat untuk pertanian.Â
Selain itu, informasi sejarah pertanian di kawasan yang dialiri air dari Bendung Pondok Waluh dari kolonial hingga masa kini bisa disampaikan, sehingga para wisatawan bisa memiliki pengetahuan komprehensif.Â
Dinamika sosial, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat perlu juga dipaparkan, sehingga para wisatawan bisa memahami bagaimana kontribusi bangunan irigasi yang mungkin dalam pikiran mereka sekedar berfungsi mengairi sawah, ternyata berperan penting dalam terwujudnya banyak desa.Â
Para wisatawan yang ingin istirahat bisa disediakan kafe atau warung di lahan kosong dekat bendung. Makanan dan minuman khas bisa disajikan sebagai bagian keunikan wilayah.Â