May meyakini bahwa saat ini waktu yang tepat untuk menghadirkan banyak cerita terkait permasalahan lingkungan. Para seniman menjalankan kerja kreatif itu penting karena mereka tidak hanya bisa merepresentasikan identitas gender, etnis, dan ras, tetapi juga bisa merepresentasikan binatang, makanan, dan tanah.Â
Hal itu tidak dapat dilepaskan dari kenyataan masa lalu dan masa kinin di mana sistem penindasan, dominasi, dan eksploitasi yang mengkomodifikasi tenaga kerja perempuan atau orang kulit berwarna, misalnya, berdiri di atas dasar anggapan bahwa tanah dan sumber daya alam ada untuk tujuan akumulasi kekayaan bangsa atau kelompok dominan tertentu.Â
Itulah yang telah berlangsung dalam sejarah panjang perbudakan dan kolonialisme serta dilanjutkan hingga hari ini melalui bermacam usaha nasional dan transnasional untuk mengeksploitasi secara besar-besaran sumberdaya alam melalui industri ekstraktif, industri perkebunan, dan industri pertanian yang tidak peka lingkungan.
Krisis lingkungan mengundang dan menantang kita tidak hanya untuk mengembangkan perilaku baru tetapi juga untuk menceritakan kisah-kisah baru yang mencerminkan timbal balik ekologis kita dengan planet ini, dengan tanah yang begitu baik, tetapi dihancurkan oleh orang-orang rakus.Â
Meskipun seringkali muncul dari dalam kebangkitan yang mengerikan dan seringkali tanpa harapan, teater dapat menawarkan sumber cerita baru yang mengkonfigurasi ulang siapa kita dalam memahami diri kita sendiri yang berada dalam lingkaran kehidupan bumi.Â
Teater juga bisa menjadi semacam makanan bagi spesies kita dan bagi komunitas nonmanusia yang berbagi planet asal ini dengan kita. Ekodramaturgi, dengan demikian, bisa menjadi kawan untuk terus meyakini dan memperjuangkan kekuatan dan kontribusi teater untuk menghadirkan banyak cerita yang bisa menerangi, menginspirasi, dan mewujudkan masa depan yang adil secara ekologis dan saling bergantung.Â
MEMBAWA EKODRAMATURGI MELINTASI MASA
Sebagai usaha untuk menggunakan ekodramaturgi sebagai kerangka kritis untuk mengungkap apa-apa yang telah dilakukan pelaku teater terkait isu lingkungan, May meneliti perkembangan teater dari abad ke-19 hingga abad ke-21 di Amerika Seriat.Â
Dengan melihat lintasan historis tersebut, ia ingin menegaskan bahwa persoalan ekologis dalam pertunjukan teater terus bergerak dalam dimensi kontekstualnya masing-masing.Â
Pada setiap era memiliki karakteristik estetik dan relasi kontekstual, khususnya terkait permasalahan lingkungan dengan ragam keterkaitannya dengan persoalan ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.