Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ekodramaturgi: Krisis Ekologis dalam Tatapan Teater

24 April 2022   07:13 Diperbarui: 24 April 2022   21:40 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Directing Waves (2013), petunjukan oleh Marina Abromovic dan Robert Wilson. Dok. performingwater.org

May meyakini bahwa saat ini waktu yang tepat untuk menghadirkan banyak cerita terkait permasalahan lingkungan. Para seniman menjalankan kerja kreatif itu penting karena mereka tidak hanya bisa merepresentasikan identitas gender, etnis, dan ras, tetapi juga bisa merepresentasikan binatang, makanan, dan tanah. 

Hal itu tidak dapat dilepaskan dari kenyataan masa lalu dan masa kinin di mana sistem penindasan, dominasi, dan eksploitasi yang mengkomodifikasi tenaga kerja perempuan atau orang kulit berwarna, misalnya, berdiri di atas dasar anggapan bahwa tanah dan sumber daya alam ada untuk tujuan akumulasi kekayaan bangsa atau kelompok dominan tertentu. 

Directing Waves (2013), petunjukan oleh Marina Abromovic dan Robert Wilson. Dok. performingwater.org
Directing Waves (2013), petunjukan oleh Marina Abromovic dan Robert Wilson. Dok. performingwater.org

Itulah yang telah berlangsung dalam sejarah panjang perbudakan dan kolonialisme serta dilanjutkan hingga hari ini melalui bermacam usaha nasional dan transnasional untuk mengeksploitasi secara besar-besaran sumberdaya alam melalui industri ekstraktif, industri perkebunan, dan industri pertanian yang tidak peka lingkungan.

Krisis lingkungan mengundang dan menantang kita tidak hanya untuk mengembangkan perilaku baru tetapi juga untuk menceritakan kisah-kisah baru yang mencerminkan timbal balik ekologis kita dengan planet ini, dengan tanah yang begitu baik, tetapi dihancurkan oleh orang-orang rakus. 

Meskipun seringkali muncul dari dalam kebangkitan yang mengerikan dan seringkali tanpa harapan, teater dapat menawarkan sumber cerita baru yang mengkonfigurasi ulang siapa kita dalam memahami diri kita sendiri yang berada dalam lingkaran kehidupan bumi. 

Teater juga bisa menjadi semacam makanan bagi spesies kita dan bagi komunitas nonmanusia yang berbagi planet asal ini dengan kita. Ekodramaturgi, dengan demikian, bisa menjadi kawan untuk terus meyakini dan memperjuangkan kekuatan dan kontribusi teater untuk menghadirkan banyak cerita yang bisa menerangi, menginspirasi, dan mewujudkan masa depan yang adil secara ekologis dan saling bergantung. 

MEMBAWA EKODRAMATURGI MELINTASI MASA

Sebagai usaha untuk menggunakan ekodramaturgi sebagai kerangka kritis untuk mengungkap apa-apa yang telah dilakukan pelaku teater terkait isu lingkungan, May meneliti perkembangan teater dari abad ke-19 hingga abad ke-21 di Amerika Seriat. 

Dengan melihat lintasan historis tersebut, ia ingin menegaskan bahwa persoalan ekologis dalam pertunjukan teater terus bergerak dalam dimensi kontekstualnya masing-masing. 

Pada setiap era memiliki karakteristik estetik dan relasi kontekstual, khususnya terkait permasalahan lingkungan dengan ragam keterkaitannya dengan persoalan ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun