BOOMING REALITY SHOW
Pada era 2000-an awal, industri televisi (swasta) Indonesia diramaikan dengan reality show yang berisi kegiatan "bagi-bagi rezeki", seperti memberi uang, memperbaiki rumah, membayar hutang, menikahkan seseorang dengan pasangannya, dan yang lain. Dengan model reality show, bermacam acara bagi-bagi rezeki tampak nyata dan menyentuh.
Reality show bagi-bagi rezeki merupakan genre yang menayangkan masalah keseharian masyarakat dalam bentuk pengambilan gambar yang diusahakan sealamiah dan serealistis mungkin. Para aktor yang terlibat di dalamnya adalah orang-orang biasa yang mengalami sebuah masalah dalam kehidupannya. Acara ini memperoleh rating yang cukup bagus karena dianggap sangat realistis dan dekat dengan persoalan yang nyata, tidak terlalu utopis seperti yang terdapat dalam sinetron.
Beberapa acara reality show yang ditayangkan beberapa stasiun televisi swasta nasional bia dikelompokkan ke dalam dua kategori, antara lain: (1) kategori pemberian rezeki kepada yang membutuhkan dan (2) kategori persoalan cinta kalangan remaja.Â
Untuk kategori pemberian rezeki antara lain: (a) Bedah Rumah, Uang Kaget, dan Nikah Gratis, ditayangkan RCTI; (b) Bedah Musholla dan Pulang Kampung, ditayangkan oleh Trans 7; (c) Tolooooong!, ditayangkan SCTV; dan, (d) Haji Gratis, ditayangkan ANTV.Â
Sementara, yang termasuk kategori percintaan remaja, antara lain: (a) Harap-harap Cemas/H2C, Playboy Kabel, Kontak Jodoh, Cinta Lama Bersemi Kembali, dan Cinta Lokasi, ditayangkan SCTV dan (b) Katakan Cinta (RCTI).
Beragamnya tayangan reality show di atas tentu menandakan betapa acara-acara itu tetap digemari penonton sehingga pemasang iklan tetap berkenan untuk berpromosi di dalamnya. Ini merupakan kejelian para pengelola televisi dalam membaca realitas peristiwa yang ada dalam masyarakat kebanyakan untuk dijadikan komoditas yang laku di pasar media.
Dalam tayangan-tayangan reality show bagi-bagi rezeki, misalnya, kita bisa melihat betapa realitas kemiskinan diolah sedemikian rupa dengan citra-citra visual yang menyentuh hati sehingga orang-orang yang menjadi subjek "orang miskin" kemudian layak untuk diberikan rezeki.Â
Dan, yang selalu dikedepankan kemudian adalah unsur kedermawanan dari pihak kreator acara tersebut, tentu saja dalam hal ini adalah production house dan televisi yang menayangkannya, serta euforia mereka yang ketiban rezeki tersebut, dengan beragam ekspresi lugu orang-orang miskin yang merasa kedatangan sang penyelamat.Â
Berdasarkan pembacaan tersebut reality show bagi-bagi rezeki kiranya cukup menarik untuk dikaji, terutama dalam hal (1) representasi kemurahan hati/kedermawanan (charity), (2) posisi subjek si miskin dalam tayangan tersebut, serta (3) relasi-relasi apa yang sebenarnya sebenarnya beroperasi di balik tayangan tersebut.Â