Temuan tersebut mengindikasikan bahwa para penghuni Sodong dan gua-gua lainnya memiliki kemampuan untuk membuat teknologi yang relatif bagus di zamannya. Menurut Nurani (1996), dengan bahan dasar yang tidak begitu bagus, mereka mampu menghasilkan produk alat yang mencerminkan tingkat teknologis yang cukup tinggi.
Hal tersebut menunjukkan artisan situs ini memiliki keahlian dan kepiawaian dalam pengendalian bahan dasar untuk menghasilkan produk perkakas yang relatif sempurna. Maka, dapat disimpulkan bahwa pendukung komunitas ini telah mengenal teknologi berkualitas "tinggi" dengan didukung artisan ulung.Â
Selain itu, dari kulit kerang yang tertinggal, bisa disimpulkan bahwa makanan utama manusia purba Watangan adalah kerang yang dengan mudah ditemukan di sungai dan pinggir laut. Menjadi wajar kalau mereka memilih tinggal di gua-gua Watangan karena memang dalam hal makanan tidak kesulitan.
MENGEMBANGKAN KAWASAN KEPURBAKALAAN
Sayangnya, sampai dengan tulisan ini dibuat, mayoritas warga Jember tidak mengetahui fakta dan potensi kepurbakalaan di kawasan Watangan, sebagaimana ditemukan oleh para peneliti. Bahkan, para pelajar pun tidak banyak tahu bahwa pernah ada manusia purba yang menghuni kawasan ini.
Tentu saja, itu sangat disayangkan. Kawasan yang merupakan benteng selatan Jember ini memiliki kekayaan dan jejak purbakala yang menandakan dinamisnya peradaban masa lalu.Â
Setidaknya, pengetahuan akan kepurbakalaan itu akan menjadikan para pelajar dan masyarakat memiliki rasa bangga bahwa wilayah mereka merupakan kawasan dengan peran penting di masa lalu.Â
Selain itu, mereka juga bisa mengambil pelajaran bahwa di masa lalu para hominid sudah mampu membuat teknologi canggih sesuai zamannya untuk survive dan membangun komunitas gua.Â
Sudah sepatutnya manusia yang hidup di masa kini mampu menciptakan karya teknologi, pengetahuan, dan budaya yang sesuai dengan konteks waktu dan kewilayahan.