Setidaknya, melalui tulisan ini, saya berusaha menunjukkan bahwa budaya bambu di Banyuwangi bukan sekedar persoalan sederhana. Budaya bambu sebagai keseluruhan aktivitas dan produk kultural dalam masyarakat yang berbasis bambu dengan segala kompleksitas relasinya dengan lingkungan tengah menghadapi masalah serius. Keberadaan hutan bambu yang semakin berkurang memang sampai saat ini belum menimbulkan masalah serius, kecuali debet air yang berkurang.
Namun, ke depannya persoalan tersebut kalau tidak ditangani dengan serius, luasan hutan bambu dan barongan akan semakin berkurang sehingga membawa implikasi serius yang bisa mengganggu eksistensi budaya bambu di Banyuwangi. Ketersediaan bahan untuk membuat kerajinan yang dari waktu ke waktu semakin meningkat akan terganggu.
Variasi bahan untuk alat musik bambu juga akan semakin berkurang. Bambu kendang yang dulu mudah didapatkan, misalnya, selama beberapa tahun terakhir sudah sangat sulit. Mutlak dibutuhkan tindakan nyata dari pemerintah dan warga untuk menggalakkan penanaman-kembali bambu endemik Banyuwangi, apabila masih ingin mewujudkan budaya bambu yang berkelanjutan.
Penyebarluasan wacana ekologis melalui beragam aktivitas kesenian dan kultural akan memudahkan penyampaian kepada publik. Para seniman bisa menciptakan komposisi musikal dengan iringan alat musik bambu dengan mengusung tema-tema ekologis dalam garapan populer agar publik terhibur sekaligus mendapatkan pesan-pesan tentang gerakan penyelamatan lingkungan.
Memang, perjalanan ke dalam penciptaan karya tidak bisa dengan membalik jari. Kami sudah membuka jalan tersebut, selanjutnya para seniman dan warga memiliki kesempatan untuk mewujudkan cita-cita menyebarluaskan kampanye ekologis melalui komposisi musikal dengan instrumen alat musik bambu jenis baru.
* Tulisan ini merupakan bagian dari hasil riset tentang hubungan bambu, masyarakat, dan budaya di Banyuwangi yang dikerjakan pada tahun 2017 - 2018.
BACAAN PENDUKUNG
Cahyono, Rachman. 2007. “Dampak Limbah Cair PT Kertas Basuki Rachmat, Banyuwangi terhadap Kesehatan Masyarakat”. Tesis S2 Program Magister Ilmu Lingkungan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H