Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Biola Tak Berdawai", Perempuan yang Terus Memperjuangkan Kehidupan

17 Januari 2022   16:19 Diperbarui: 18 Januari 2022   17:51 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Renjani & Dewa di pematang sawah. Dok. indonesiafilmcenter.com 

Dengan menyelamatkan anak-anak, Mbak Wid juga berusaha “menebus dosa” lampau sang ibu yang membunuh calon adik-adiknya. “Penebusan dosa” merupakan salah satu ajaran agama Katolik. 

Konsep ini secara eksplisit mengajarkan bahwa seorang yang telah berbuat dosa harus melakukan “pengakuan dosa” untuk kemudian menebusnya dengan membayar sejumlah uang kepada pihak Gereja dan hal itu harus dilakukan oleh si pendosa sendiri. 

Dalam tradisi sebagian besar pemeluk Islam juga berkembang ritual tahlilan untuk mendoakan almarhum sehingga Sang Pencipta mengampuni dosa-dosanya. Melalui sosok Mbak Wid yang hendak menebus dosa ibunya, film ini menyuguhkan kembali tradisi-tradisi tersebut, meski dengan praktik yang berbeda. 

Ajaran penebusan dosa bisa jadi memang benar, tetapi ada hal urgen yang bisa dilaksanakan dari sekedar “membayar sejumlah uang” ataupun “mengadakan tahlilan”, yakni melakukan tindakan nyata yang mampu mendatangkan kebahagiaan kepada dan bagi orang lain, sesuai dengan konteks dosa yang telah dilakukan. Dalam konteks berbeda, Mbak Wid juga telah berhasil memaknai kembali ibu dan ke-ibu-an dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaannya. 

MENOLAK KEHADIRAN LAKI-LAKI SEBAGAI PILIHAN 

Pilihan Renjani sebagai ibu menjadikannya terus mengusahakan kesembuhan bagi Dewa dan salah satunya dengan mengajaknya menonton konser biola di pelataran Candi Prambanan.

Ia berharap Dewa bisa memberi respon terhadap permainan musik biola. Kehadirannya di konser itu membuatnya kenal dengan seorang pemain biola bernama Bhisma yang berasal dari salah satu akademi seni di Yogyakarta. 

Bhisma ternyata juga mempunyai perhatian terhadap Dewa. Kondisi itulah yang menjadikan Renjani dan Bhisma semakin dekat. Bahkan, Bhisma merasakan kehadiran Renjani sebagai cinta yang mampu melahirkan karya-karya kreatif, meskipun Renjani tidak serta-merta menerima cinta nya.

Pada awalnya, Renjani memang menaruh perhatian kepada Bhisma apalagi setelah melihat perlakuannya kepada Dewa. Bhisma melakukan tindakan-tindakan nyata untuk ikut membahagiakan Dewa, salah satunya dengan memberikan penggesek biolanya kepadanya. 

Selepas pulang dari sebuah gubuk, ketika mereka membicarakan apa-apa yang telah dilakukan Renjani serta nasib anak-anak yang kurang beruntung itu, untuk melatih respons Dewa terhadap orang-orang dekatnya, Bhisma memainkan biola sementara Renjani menari balet dan mereka berhasil.  

Rasa senang atas keberhasilan tersebut membuat Bhisma memeluk Renjani. Bhisma memegang dagu Renjani yang tengah menatapnya. Renjani memeluk pinggang lelaki muda itu sehingga menciptakan suasana romantis. Karena tidak ingin larut, Renjani  akhirnya memilih dan melepaskan pelukan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun