Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Layangan dan Masalah Politik dalam Musik Banyuwangian Pascareformasi

27 Februari 2022   05:00 Diperbarui: 11 Maret 2022   19:12 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Festival Layang-layang Banyuwangi 2016. Dok. Kompas.com

Sementara, kerinduan mendalam direpresentasikan melalui “kepingin seru ketemu/nong kembang hang bisa ngudang atine” (ingin sungguh bertemu/dengan bunga yang bisa menghibur hati). 

Pilihan diksi “kembang” yang dirindu memang bisa ditafsir sebagai sosok yang dicintai secara romantis karena dalam sebagian lagu Banyuwangi pascareformasi, diksi ini banyak dihubungkan dengan urusan cinta. 

Kembang dipilih sebagai sosok yang sebenarnya bisa memberikan kebahagiaan buat keluarga yang ditinggalkan. Namun, kerinduan tersebut harus ditahan karena si kembang tidak juga ditemukan si aku-lirik, sampai-sampai ia mempertanyakan entah kepada siapa: “kadung urip nong endi sangkane” (kalau memang hidup di mana tempatnya) dan “kadung mati nong endi maesane” (kalau meninggal di mana maesan/petilasannya). 

Kedua ungkapan tersebut menyiratkan ketidaktahuan aku-lirik terkait tempat sosok yang dirindu tersebut. Ia juga tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Kita bisa merasakan betapa aku-lirik harus menanggung kerinduan tanpa tahu di mana sosok yang dirindu tersebut. Bagi orang-orang yang dipaksa untuk berpisah, kondisi itu tentu bisa memunculkan permasalahan psikis dan trauma yang tidak bisa dengan mudah sembuh.

Meskipun kesulitan untuk menemukan tempat orang yang dirindukan, aku-lirik tetap ingin menunjukkan bhakti kepada subjek tersebut; mengirim kembang dan mengirim tembang. Bagi masyarakat Jawa dan Using, mengirim kembang bagi orang yang sudah meninggal adalah sebuah tradisi yang dianggap baik karena dimaksudkan untuk mendoakan si arwah. 

Yang menarik adalah keinginan untuk mengirim gendhing kepada subjek yang dirindu agar bisa menentramkan hatinya. Mengirim gendhing bisa kita baca sebagai memberikan kebahagiaan kepada si subjek agar bisa merasakan keindahan hidup yang penuh warna, bukan hanya merasakan penderitaan yang sebenarnya tidak mereka inginkan.

Kecerdasan dalam memunculkan wacana kerinduan mendalam kepada subjek yang hilang akibat peristiwa politik yang dialami oleh bangsa ini dengan menggunakan diksi "nono iluhe", "alum matane", "kirim kembang", "kirim gendhing" mampu menjadikan lagu ini populer, selain Semebyar dan Layangan. 

Namun demikian, tidak semua penikmat memahami bahwa lagu ini merupakan lagu Banyuwangian yang ditujukan kepada para korban yang hilang dalam peristiwa politik berdarah. 

Sebagian besar mereka mengganggap lagu ini lagu tentang hilangnya kekasih yang pergi tanpa pesan sekian lamanya. Namun, diksi “kirim kembang” “kirim gendhing”, dan “paesan” merupakan pintu masuk untuk menemukan wacana sebenarnya dari lagu ini. 

Dalam versi pertama video klip yang langsung disutradarai oleh Yon's DD sebenarnya terdapat gambar-gambar tentang pemberontakan 1948, 1965, penembakan misterius, dan peristiwa Ninja. Maka, kalau video klip itu dipakai, maka penikmat pasti bisa memahami lagu itu bukan lagu romantis, meskipun secara tekstual terkesan romantis. 

Lagu Tetese Eluh dengan jelas memperlihatkan keberpihakan Yon's DD terhadap isu-isu kemanusiaan sebagai dampak peristiwa politik di tengah-tengah masyarakat. Mereka ingin menyampaikan pesan bahwa tragedi berdarah tidak seharusnya terjadi lagi di Indonesia karena hanya menyisakan penderitaan bagi rakyat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun