Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puisi sebagai Teks, Wacana, dan Konstruksi Politis-Ideologis

9 Januari 2022   09:01 Diperbarui: 9 Januari 2022   10:21 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eksploitasi paradoks pembangunan, dengan demikian, menjadi pilihan dan kepentingan ideologis Rendra untuk menyebarluaskan wacana resistensi melalui pendalaman dan pemunculan kesengsaraan manusia Indonesia. Populeritas puisi-puisi Rendra di kalangan mahasiswa dan dosen pada era 90-an hingga saat ini menegaskan bahwa ada energi perlawanan yang disampaikan melalui puisi bisa menggerakkan kesadaran kritis mereka.

SIMPULAN 

Dari Rendra kita bisa belajar bahwa menghadirkan wacana-wacana kritis tidak hanya bisa dilakukan melalui pertunjukan drama, karya prosaik, ataupun demonstrasi. Karya-karya puisi yang kelahirannya sangat personal, senyatanya, bisa menghadirkan bangunan tekstual-kontekstual yang membawa wacana-wacana resistensi terhadap dominasi dan eksploitasi. 

Energi perlawanan inilah yang semestinya bisa dinyatakan oleh para penyair muda di tengah-tengah praktik ketidakadilan ekonomi, eksploitasi tambang, dan perusakan hutan yang seringkali melibatkan pemodal besar dan aparat negara.  Permasalahan sehari-hari yang kita jumpai dalam kehidupan sosial juga bisa 'diperas' secara kreatif dan kritis dalam bentuk puisi.

Itulah mengapa, pengkaji juga sudah semestinya membangun kesadaran kritis bahwa puisi bukanlah sekedar susunan kata-kata indah penuh majas dan metafor. Memosisikan puisi sebagai teks, wacana, dan konstruksi ideologis merupakan pilihan konseptual yang bisa berdampak kepada metodologi untuk membongkar kompleksitas proses ideologis dituliskan. 

Pembacaan puisi sebagai struktur tekstual bermakna merupakan pintu masuk untuk membincang gugusan wacana sebagai topik atau konsep yang dihadirkan oleh penyair. Konstruksi diskursif tersebut merupakan sebuah ruang untuk menghadirkan kepentingan dan posisi ideologis dari penyair dan karyanya di tengah-tengah permasalahan sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. 

Pembacaan semiotik-diskursif-ideologis itulah yang akan mengantarkan kajian puisi tidak berhenti kepada makna deskriptif-puitik, tetapi kepada konstruksi dan kepentingan yang lebih bersifat politis dan ideologis.  

DAFTAR BACAAN

Bertens, Hans. 2001. Literary Theory The Basics. London: Routledge.

Besley, Cathrine. 1991. Critical Practice. London: Routledge.

Boggs, Carl. 1984. "The Theory of Ideological Hegemony". Dalam The Two Revolutions: Gramsci and the Dilemmas of Western Marxism. Boston: South End Press. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun