malam ini, aku harus meninggalkanmu. Esok, kala seblang-seblang berakhir mari kita kembali bercengkrama tentang hidup menjelang tidur. Luruhkan tangismu bersama embun karena cerita kita masih berlanjut.
Banyuwangi, 21 Pebruari 2013
MELAMPAUI: BATAS DUA NAGARI
Selalu saja ada rindu melintasi kokoh batas dua nagari. Sujud gunung ini menghantar hasrat perjumpaan. Mendung menjatuhkan air ketika pepohonan menahan angin. Mataku menembus pekat mencari sekelebat bayang menuju timur.
"Aku menunggumu bersama air terus mengalir; menyapa beribu wajah berharap berkah. Tak perlu menghitung waktu karena yakin adalah keinginan menyatu dalam darah. Tak perlu risau menderu karena senyummu adalah kepastian menghampiriku bersama tembang wangi pepunden."
Kelok dan gelap jalanan menggiringku pada suaramu. Semakin dekat gending dan suara bambu menyibak tirai malam: mempertemukan kita di sebuah bukit. Wajahmu masih teguh menyimpan harapan meski mimpi terlalu berat untuk dihapus.
Apa yang akan kita lakoni dalam perjumpaan ini? Apakah sebuah percumbuan yang kita nantikan sepanjang masa?
"Ya, percumbuan yang meluruhkan dendam menjelajah gemuruh batin; percumbuan yang membebaskan kita dari dalil-dalil suci; percumbuan yang bermula pada sunyi malam dan berakhir pada bang-bang wetan; percumbuhan yang bermula dan berakhir pada sebuah kosong; percumbuan yang menjelma sujud, sebuah takjub tanpa kutub."
Gumitir-Kemiren, Banyuwangi, 24 November 2009
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H