Sekali lagi, kondisi tersebut bukan semata-mata disebabkan oleh proyek pembangunan maupun wacana-wacana tentang janji pencerahan, tetapi karena di dalam masyarakat lokal sendiri terdapat kearifan lokal yang mendorong mereka untuk mengapropriasi bentuk-bentuk budaya modern. Pengaruh lain dari apropriasi masyarakat Tengger terhadap modernitas yang didukung kerja-kerja pertanian dan pariwisata adalah berkembangnya budaya konsumsi terhadap benda-benda modern.Â
Daftar Bacaan
Ashcroft, Bill. 2001. Post-colonial Future: Transformation of Postcolonial Culture. London: Continuum.
Canclini, Néstor Garcia.1995. Hybrid Cultures: Strategies for Entering and Leaving Modernity (Terj. Inggris Christopher L. Chiappari & Silvia L. López). Minneapolis: University of Minnesota Press.
Faruk.1995. Perlawanan Tak Kunjung Usai: Sastra, Politik, dan Dekonstruksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hefner, Robert. 1999. Geger Tengger: Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik (terjemahan A. Wishnuwardana & Imam Ahmad). Yogyakarta: LKis.
Kompridis, Nikolas. 2005. "Normativizing Hibridity/Neutralizing Culture". Journal Political Theory, Vol. 33, No. 3.Â
Sutarto. 2006. "Sekilas tentang Masyarakat Tengger". Makalah disampaikan pada acara pembekalan Jelajah Budaya 2006 yang diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 7 -- 10 Agustus.
Wawancara
Handi, wawancara, 5 Agustus 2009.
Mujono, wawancara, 28 Juli 2011.