Pernah juga saudara istrinya datang ke rumah mau meminjam pakaian untuk acara pesta perkawinan, Andang menulisnya menjadi lagu yang intinya meskipun sobek-sobek yang penting kepunyaan sendiri. Sementara, lagu yang berkaitan dengan sejarah adalah Umbul-umbul Blambangan. Â Lirik lagu ini dimuat di sebuah majalah lokal, lalu Basir Noerdian membacanya dan menjadikannya lagu.Â
Begitupula dengan lagu Kembang Galengan, Basirjuga yang membuat lagunya, malah ia tidak tahu awalnya karangan siapa lirik itu, karena Andang memakai nama samaran Manadon. Lalu, Andang memberitahunya. Lagu Kembang Galengan, bahkan sempat naik daun.Â
Menurutnya, kembang leng-galengan meletik sing gawa aran/diidek eman-eman, dipetik sing ana doyan, memiliki makna dalam. Kembang di pematang sawah itu indah dan cantik meskipun tidak bernama, kalau diinjak eman-eman, tetapi kalau dipetik tidak ada yang mau, berbeda dengan mawar dengan melati. Jadi seperti orang kecil. Namun, kembang galengan itu juga memandang langit dan pepohonan. Orang kecil itu juga melihat tingkahnya orang di atas.Â
Orang kecil itu kritis. Pada bagian lirik terkahir dalam kesimpulannya, kembang galengan iming-imingono emas berlian/alung mituhu nunggu pedhotan. Jadi meskipun hujan emas di negeri orang, memilih hidup di negeri sendiri. Itulah, orang kecil itu selalu mencintai tanah air.Â
Andang CY memang banyak menggunakan istilah kembang dalam lirik-lirik lagunya, seperti Kembang Galengan, Kembang Peciring, Kembang Pethetan. Menurutnya kembang banyak yang menggemari dan mudah diingat, selain untuk memberikan makna-makna tertentu.Â
Ada juga Kembang Kamboja, agar manusia itu berbuat kebaikan karena semuanya akan berakhir di bawah pohon kamboja. Dengan kata lain, Andang memang menggunakan kata kembang, tetapi bukan kembang secara harafiah. Seperti Mawar Kapuranta, yang ditujukan kepada anak gadis, agar jangan setengah-setengah dalam menjalani kehidupan. Â
Kesadaran kritisnya sebagai seorang seniman yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang sedang mengalami masa-masa sulit, menjadikan Andang dekat dengan persoalan-persoalan rakyat kebanyakan.Â
Lagu Perawan Sunti, yang sampai saat ini masih digemari, adalah salah satu yang memotret persoalan perempuan yang digambarkan akan selalu berjuang menghadapi kehidupan, betapapun sulitnya. Pun demikian dengan Kembang Galengan yang secara simbolis memberikan pesan kepada rakyat jelata bahwa meskipun hidup mereka diinjak-injak dan tidak dimasukkan 'hitungan' oleh mereka yang berkuasa, mereka harus tetap mencintai tanah air sembari terus bersikap kritis.
Pilihan-pilihan tema tersebut menyiratkan harapan besar dari Andang agar masyarakat Banyuwangi, khususnya, dan Indonesia, umumnya, selalu memprioritaskan kecintaan tanah air dengan melakukan perjuangan-perjuangan yang bisa mengantarkan mereka pada masa depan yang lebih baik.Â
Bukankah tema-tema tersebut sangat mulia? Ketidakmuliaan lirik-lirik lagu yang diciptakan Andang adalah di mata mereka yang secara ideologis membenci atau bahkan memusuhi Lekra dan PKI karena mempunyai agenda-agenda politis tersendiri. Kondisi itulah yang menjadikan Andang harus berurusan dengan tentara karena lagu-lagunya dianggap berbau komunis, utamanya lagu Perawan Sunti dan Kembang Pethetan.Â
Bang-bang wetan, srengenge metu donyane abang. Menurut Andang, Prawan Sunti memang ideal, karena saat pertama ia menciptakan lagu, tahun 66, suasana Banyuwangi mencekam karena peristiwa 65.Â