“Emmm, gimanya ya? Aku rasa standar banget. Bahkan, mungkin bisa dibilang monoton. Dua malam sekali ngapeli aku, kami makan, bercengkrama, dan sesekali bercumbu di tempat kosnya. Sudah. Gitu aja. Padahal, aku ini tipe perempuan yang suka dengan kejutan dalam hidup.”
“Maksudmu?”
“Gimana ya menjelaskannya? Intinya, aku lebih menikmati peristiwa-peristiwa spontan yang tak terduga sebelumnya. Mungkin karena monotonnya hubungan kami, terkadang aku berpikir untuk putus dari Rudy, Van.”
“Apa, putus? Wah...wah, ternyata kamu berani ya.”
“Memangnya, hanya lelaki yang boleh memutuskan cinta. Boleh dong perempuan memutuskan cinta.”
Ketika mengambil air wudhu untuk sholat Subuh, benak perempuan itu masih saja diliputi tanda tanya, kenapa Ivan yang muncul dalam mimpinya. Kenapa bukan Rudy, lelaki yang masih menjadi kekasihnya? Apakah ini menjadi sebuah penanda dari peristiwa yang akan terjadi? Atau, apa?
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H