Mohon tunggu...
Deisi Daningratri
Deisi Daningratri Mohon Tunggu... Psikolog - Pembelajar yang sedang dan terus belajar

hi! saya pembelajar yang sehari-hari bekerja sebagai Psikolog Klinis di RSCM. Saya ingin menjadikan tulisan saya sebagai wadah belajar dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Berkebun dari Sudut Pandang Psikologi

21 Februari 2021   11:35 Diperbarui: 23 Februari 2021   01:47 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bibit tanaman, dokumentasi milik Deisi Daningratri

Tren hobi berkebun, yang tidak hanya terbatas pada tanaman yang bisa dikonsumsi tetapi juga merawat tanaman untuk tujuan keindahan, meningkat semenjak masa pandemi Covid-19. 

Masyarakat mencari kesenangan dengan memperindah tampilan rumah menggunakan tanaman hias. Siapa sangka, kegiatan berkebun ini ternyata memberikan banyak manfaat positif bagi keadaan psikologis seseorang.

Hasil survey oleh AGR-268 Urban Gardening and Biosystem Research Group (Naturib) menyebutkan 76% dari 4.205 orang di dunia merasakan perasaan sejahtera dari merawat tanaman di saat pandemi. Perasaan sejahtera yang dirasakan seperti rasa tenang, rasa optimis, dan rasa kasih sayang (Urrestarazu dkk., 2020).

Berkebun menjadi salah satu sarana saya untuk melepaskan stres akibat kecemasan dan kepenatan yang dirasakan selama menjadi psikolog yang harus terus bertugas memberikan pelayanan psikologis sejak awal pandemi Covid-19. 

Pada awalnya, saya hanya berniat untuk merawat satu-dua jenis tanaman, namun dampak positif yang saya rasakan mendorong saya untuk melengkapi koleksi jenis tanaman yang lain. 

Ada perasaan menyenangkan saat melakukan aktivitas berkebun seperti menanam tanaman jenis baru dan mencari perawatan yang tepat dan sesuai agar tanaman tumbuh dengan baik. 

Saya merasa rileks dan tenang karena dapat melupakan sejenak segala kesibukan dalam hidup dengan aktivitas berkebun. Saya juga merasa puas dan bangga melihat tanaman yang saya rawat dapat tumbuh dengan baik.

Alasan yang mendorong saya menekuni kegiatan berkebun ini sejalan dengan hasil penelitian Chalmin-Pui dkk., (2021). Ada beberapa alasan yang membuat seseorang menekuni kegiatan berkebun. 

Seseorang menjadi senang dengan aktivitas yang dilakukan selama berkebun lantaran merasa dapat menikmati keindahan perkembangan tanaman yang di rawat, serta mendapatkan kebebasan dalam berkreativitas dan mengekspresikan diri.

Manfaat positif dari kegiatan berkebun saya rasakan terutama disaat saya harus tetap bekerja di rumah sakit selama masa pandemi. Sejak awal masa pandemi Covid-19, saya mencoba untuk membawa pulang beberapa bibit ke rumah untuk dirawat. 

Ilustrasi bibit tanaman, dokumentasi milik Deisi Daningratri
Ilustrasi bibit tanaman, dokumentasi milik Deisi Daningratri

Saya menikmati proses melihat bibit tersebut bertumbuh dan berkembang. Tentunya tidak semua bibit yang saya rawat bisa bertahan hidup. Banyak pula pengalaman saat tanaman yang saya rawat dengan penuh kehati-hatian kemudian mati.

Ada rasa duka dan kecewa menghampiri saat melihat tanaman tersebut mati, namun rasa suka cita jauh lebih besar terasa ketika melihat tanaman tumbuh dengan baik dan sesuai keinginan. 

Pengalaman tersebut mengajarkan saya untuk bersabar, berusaha bangkit dari kegagalan, belajar ikhlas, dan menumbuhkan rasa kasih sayang.

Berbagai pembelajaran dan perasaan yang timbul seakan menjadi bagian dari proses penyembuhan diri dari ketegangan emosi akibat permasalahan sehari-hari.

Saya menemukan artikel menarik yang ditulis oleh McFarland dkk., pada tahun 2018. Artikel tersebut menyebutkan bahwa aktivitas berkebun dapat menjadi kegiatan terapeutik yang berdampak positif pada kesejahteraan mental seseorang. 

Lebih lanjut Adachi dkk., 2000 (dalam Urrestarazu dkk., 2020) menyebutkan aktivitas berkebun dan melihat tanaman hijau dapat meningkatkan perilaku positif dan perasaan menyenangkan yang mengurangi emosi negatif seperti marah, takut, dan stres.

Lalu muncul pertanyaan, seberapa sering kegiatan berkebun sebaiknya dilakukan untuk mendapat manfaat yang optimal?

Intensitas waktu yang digunakan selama berkebun berpengaruh pada besaran manfaat yang dirasakan.

Kegiatan berkebun yang dilakukan 2 hingga 3 kali per minggu mampu mengurangi stres, meningkatkan perasaan sejahtera, dan menciptakan perasaan tenang dan rileks saat terhubung dengan alam (Chalmin-Pui dkk., 2021).

Melihat keindahan dari berbagai tanaman dan manfaat positif yang saya rasakan menumbuhkan keinginan untuk menyebarkan semangat berkebun kepada orang-orang di sekitar saya.

Semangat itu menumbuhkan ide yang saya tuangkan dalam bentuk artikel dengan harapan pembaca dapat ikut merasakan manfaat yang serupa. 

Siapa tahu aktivitas berkebun dapat menjadi pilihan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan mental Anda.

Sumber Referensi:

Chalmin-Pui,L.S., dkk. (2021). Why Garden?- Attitudes And Perceived Helath Benefits Of Home Gardening. Elsevier Journal, 112 (2021). 

McFarland, A.,dkk. (2018). Understanding Motivations for Gardenning Using a Qualitative General Inductive Approach. HortTechnology, 28 (3). 

Urrestarazu, P.L.,dkk. (2020). Particularities of Having Plants at Home During The Confinement Due to The COVID-19 Pandemic. Urban Foresty & Urban Greening Journal, 55 (2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun