Saya menikmati proses melihat bibit tersebut bertumbuh dan berkembang. Tentunya tidak semua bibit yang saya rawat bisa bertahan hidup. Banyak pula pengalaman saat tanaman yang saya rawat dengan penuh kehati-hatian kemudian mati.
Ada rasa duka dan kecewa menghampiri saat melihat tanaman tersebut mati, namun rasa suka cita jauh lebih besar terasa ketika melihat tanaman tumbuh dengan baik dan sesuai keinginan.Â
Pengalaman tersebut mengajarkan saya untuk bersabar, berusaha bangkit dari kegagalan, belajar ikhlas, dan menumbuhkan rasa kasih sayang.
Berbagai pembelajaran dan perasaan yang timbul seakan menjadi bagian dari proses penyembuhan diri dari ketegangan emosi akibat permasalahan sehari-hari.
Saya menemukan artikel menarik yang ditulis oleh McFarland dkk., pada tahun 2018. Artikel tersebut menyebutkan bahwa aktivitas berkebun dapat menjadi kegiatan terapeutik yang berdampak positif pada kesejahteraan mental seseorang.Â
Lebih lanjut Adachi dkk., 2000 (dalam Urrestarazu dkk., 2020) menyebutkan aktivitas berkebun dan melihat tanaman hijau dapat meningkatkan perilaku positif dan perasaan menyenangkan yang mengurangi emosi negatif seperti marah, takut, dan stres.
Lalu muncul pertanyaan, seberapa sering kegiatan berkebun sebaiknya dilakukan untuk mendapat manfaat yang optimal?
Intensitas waktu yang digunakan selama berkebun berpengaruh pada besaran manfaat yang dirasakan.
Kegiatan berkebun yang dilakukan 2 hingga 3 kali per minggu mampu mengurangi stres, meningkatkan perasaan sejahtera, dan menciptakan perasaan tenang dan rileks saat terhubung dengan alam (Chalmin-Pui dkk., 2021).
Melihat keindahan dari berbagai tanaman dan manfaat positif yang saya rasakan menumbuhkan keinginan untuk menyebarkan semangat berkebun kepada orang-orang di sekitar saya.