Mohon tunggu...
De Geas Official
De Geas Official Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Ide dan Inspirasi

"Menulis adalah mengukir masa depan"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjawab Hoaks tentang Adat Pernikahan Suku Nias

28 Oktober 2021   19:14 Diperbarui: 28 Oktober 2021   19:35 2171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar seratus tahun kemudian. Seorang pelaut bernama Bozorg Van Ramhormoz (950) menulis tentang kebiasaan dan adat istiadat masyarakat Nias kuno. Dalam Kitab Adjaib al-Hind, ia memberitahukan bahwa di Kepulauan Nias terdapat orang-orang Anthropofag. Mereka memenggal kepala-kepada manusia. 

Apabila jumlah kepala yang dikumpulkan banyak, maka mereka sangat bangga. Selain itu, ia mengatakan bahwa mereka membeli lempengan kuningan dengan harga yang mahal dan menjaganya, karena logam itu bagi mereka sama harganya dengan emas. Terdapat tiga pulau lain yang ada di sebelah Kepulauan Nias yang bernama Barawa. 

Penduduk pulau itu juga Anthropofag. Mereka menyimpan tengkorak-tengkorak dengan seksama, karena menurut mereka benda-benda itu berharga dan dibutuhkan untuk berdagang. 

Tulisan serupa ditulis oleh Edrisi (1154), di mana memuat tentang geografi suatu wilayah. Tulisan ini menambah khazanah pengetahuan bagi banyak orang. Pada masa lampau peta merupakan benda yang langka. 

Dalam tulisannya ia menulis tentang sebuah pulau bernama Niyan, yang memiliki penduduk yang padat. Pulau itu mempunyai satu kota besar, di mana penduduknya gagah dan perkasa. Mereka memakan buah-buah kelapa dan memiliki adat yang dijunjung tinggi. Apabila seorang pemuda ingin menikah, maka ia harus membawa satu kepala/tengkorak dari musuh yang telah ia bunuh. Setelah itu, ia akan mendapat izin untuk menikah dari keluarganya. 

Apabila ia mampu membawa dua kepala musuh, maka ia dapat menikahi dua orang wanita. Selanjutnya, apabila ia mampu membawa tiga kepala musuh, maka ia dapat menikahi tiga wanita. 

Seandainya ia mampu membawa 50 kepala manusia, maka ia dapat memiliki 50 orang isteri.  Kemudian ia mengatakan bahwa orang yang telah menikah itu akan dihormati dan dianggap sebagai pahlawan. Sekitar dua hari perjalanan, terdapat pulau Balaus (Barus), yang penduduknya berkulit hitam, telanjang bulat, dan memakan orang (Anthropofag). 

Perkembangan tulisan-tulisan mengenai Kepulauan Nias dan masyarakatnya terus bergema dari para ahli dari masa ke masa. Kiranya memberikan gambaran bagi kita, bahwa banyak orang yang pernah berkunjung atau mengenal Kepulauan Nias yang berusaha memberikan informasi kepada khalayak. 

Kita dapat melihat betapa banyak ahli, membagikan informasi melalui tulisan mereka. Tentu hal itu terdorong oleh kekaguman akan keunikan adat istiadat masyarakat Nias yang mereka saksikan.

Seorang ahli yang bernama Kazwini (1203-1283) yang berasal Kazwin-Adzarbaydjan menulis tentang masyarakat Nias kuno. Dalam buku itu ia mengatakan bahwa masyarakat di pulau Nias (Niyah) tidak memakai pakaian, berkulit putih, dan sangat cantik  (merveilleuse beaute). Maka karena kecantikan yang luar biasa, mereka menjauhkan diri dari kerumunan masyarakat dan bersembunyi di bukit-bukit agar tidak diketahui. Mereka tergolong sebagai Anthropofag. 

Tulisan-tulisan mengenai masyarakat Nias kuno terus berkembang, dan menyampaikan informasi yang hampir serupa. Meskipun demikian setiap ahli menyampaikan informasi dengan sudut pandang yang berbeda. Maka tidak heran jika mereka memperkaya informasi tentang Kepulauan Nias selama bertahun-tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun