Kami melaju dalam hujan.
Memenjerakan diam kami, memerdekakan suara kami dari ketiadaan.
Kami lelah.
Namun, tak tahu kepada siapa kami bisa berdo'a.
* * *
Kepada pagi, kataku.
Seorang pria berperawakan sedang dengan kumis tipis yang kupanggil guru pernah berkata,
sematkan doa seperti menyemat bunga di kantong jas saat acara istimewa.
Tak perlu diumbar, tak selalu harus berbayar.
Jangan dikira, karena jumlahnya sungguh di luar logika.
Jadi berdoalah pada pagi, kataku lagi.
Karena pagi selalu datang. Setiap hari.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!