Kamu picisan. Aku lebih berkelas, coba terka bagian yang paling kucinta!
Apa sih susahnya langsung memberitahu? Aku malas menebak! Sedang dilanda roman picisan! Hah!
Hahaha... Waktu aku kesal dan pegal. Terlalu letih untuk bisa jalan lagi, kita duduk berdua, keadaan mulai sepi. Masih di kejauhan terdengar bunyi-bunyian musik rock kelas tinggi. Di belakang kita bundaran air mancur dengan lampu kuning. Aku mengajakmu bermain perang ibu jari, tiga kali, dan aku selalu kalah. Kamu tertawa, aku, senang sekali.
Iya, kamu parah. Itu kan gampang sekali. Huh! Eng, eh, kamu tidak sengaja mengalah kan? Haduh, gawat. Cuma itu yang aku bisa, hihihihihi.. Sayang, merindukanku tidak?
Heh! Pertanyaan macam apa itu. Tak mau jawab, malas, buat nelangsa. Kamu! Sekarang sedang merasa apa?
Pilu.
Kenapa begitu?
Aku rindu kamu. Sampai mau menangis rasanya. tenang sayang, janjiku tetap utuh. Aku belum menangis sampai hari ini. Aku akan sabar menunggu sampai kamu datang bulan depan. Kamu, baik-baik disana. Aku, jaga percaya disini.
Hmm... Syubidubidu!
***
Hey, penulis! Coba jelaskan, seperti apa itu... Syubidubidu. Eh, atau Syubidabidu?
***