Transisi energi bergantung pada ketersediaan energi bersih sebagai penggantinya. Ketersediaan energi bersih ini tentu membutuhkan riset dan inovasi.Â
Sudah banyak perempuan yang bekerja di berbagai institusi penelitian, universitas, dan perusahaan teknologi untuk mengembangkan solusi energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Keberadaan mereka dalam dunia akademis dan profesional memperkuat basis ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan untuk transisi energi.
Di Indonesia, ada Tri Mumpuni yang sudah sejak tahun 1990 terlibat aktif dalam riset dan inovasi energi bersih. Dengan kemampuannya, Tri Mumpuni berhasil menghasilkan energi listrik dari pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) yang telah diakui baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Perempuan dalam pendidikan
Transisi energi juga perlu diimbangi dengan transisi mindset. Perlu kesadaran setiap individu untuk mulai beralih ke energi bersih. Ini semua bisa dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan seputar transisi energi saja, tetapi juga memupuk kesadaran untuk mau terlibat aktif.Â
Perempuan bisa terlibat dalam pendidikan transisi energi. Bekerja sebagai pendidik di sekolah maupun universitas. Pun, begitu juga sebagai seorang ibu, perempuan menjadi garda terdepan memberikan pendidikan seputar transisi energi di keluarganya.Â
Mengatasi Hambatan dan Tantangan Perempuan dalam Transisi Energi
Meskipun peran perempuan dalam transisi energi itu penting, masih saja ada beberapa hambatan dan tantangan yang harus dihadapi.Â
Stereotip gender, keterbatasan akaes pendidikan dan pelatihan, serta kurangnya representasi dalam posisi kepemimpinan menjadi beberapa tantangan yang harus diatasi.Â
Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, program pelatihan yang inklusif, dan inisiatif untuk meningkatkan partisipasi perempuan di semua tingkat dalam sektor energi.