Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idul Adha, Momentum Meneladani Ibrahim

12 Agustus 2019   08:23 Diperbarui: 12 Agustus 2019   08:45 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allahu akbar...
Allahu akbar...
Allahu akbar...
Laailaahaillallah...
Huwallahu akbar...
Allahu akbar...
Walillahilham...

Gema takbir bergemuruh, hari ini umat muslim merayakan Idul Adha. Idul Adha menjadi momentum yang tepat untuk memuhasabah diri. Belajar ikhlas dalam berkurban.

Saat Idul Adha, umat muslim disunnahkan untuk berkurban. Bisa dengan seekor kambing ataupun sapi. Sunnah berkurban ini dimulai sejak Allah mengganti Ismail dengan seekor kambing.

Setiap Idul Adha kita akan selalu mendengar kisah bagaimana Nabi Ibrahim dengan tegar melaksanakan perintah Allah. Menyembelih anak semata wayangnya, Nabi Ismail. Pun kita juga mengetahui bagaimana ketaatan Nabi Ismail kepada Allah dan ayahnya. Dia rela disembelih, jika itu adalah perintah Allah.

Kemarin pagi selesai melaksanakan shalat Idul Adha, khatib menceritakan tentang kisah Nabi Ibrahim. Namun bukan tentang bagaimana ketaatannya untuk menyembelih anaknya, yang menjadi awal mula sunnah berkurban. 

Melainkan tentang sifat-sifat teladan Nabi Ibrahim yang perlu kita contoh. Dimana dengan keteladanan Nabi Ibrahim akan membuat kita bisa menjalani kehidupan sekarang ini dengan lebih baik lagi.

Beberapa sifat-sifat keteladanan Nabi Ibrahim yang bisa kita amalkan antara lain :

1. Kritis

Nabi Ibrahim adalah orang yang kritis. Beliau tak kenal lelah mencari tahu siapa Tuhannya. Ibrahim yang tidak percaya pada patung-patung yang di buat ayahnya, mulai mencari tahu siapa Tuhan yang menciptakan semuanya.

Nabi Ibrahim tak kenal lelah mencari hidayah. Memilah yg baik dan buruk. Sebagaimana diceritakan dalam QS. Al An'am 75-79.

Sikap kritis ini perlu kita tepadani. Apalagi di era modern seperti sekarang ini. Tentu kita harus selalu kritis terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Tidak mudah percaya tanpa mencari tahu sumber kebanarannya. Dengan sikap kritis ini tentu kita akan terhindar dari hoax yang akhir-akhir ini mengancam integrasi bangsa.

2. Berpegang teguh pada kebenaran.

Setelah mendapatkan hidayah tentang siapa Tuhannya, Nabi Ibrahim berpegang teguh kepada pilihannya. Beliau rela memegang teguh kebenaran keimanannya kendati banyak mendapatkan pertentangan, termasuk dari bapaknya sendiri.

Nabi Ibrahim berlepas diri pada kepercayaan kaumnya yang menyembah berhala. Termasuk terhadap kepercayaan orangtuanya. Nabi Ibrahim berpegang teguh pada kebenaran dan berlepas diri dari keburukan. Sebagaimana yang diceritakan dalam Q.S. An Muntahana ayat 4.

Bila kita menjadi pribadi yang berpegang teguh pada kebenaran, niscaya kita akan selalu ada di jalan yang baik. Tak akan ada lagi KKN di Indonesia bila semua pejabatnya berpegang teguh pada kebenaran. Menjalankan hak dan kewajibannya. Tak menyalahgunakan jabatan dan kekuasaan yang dimiliki.


3. Bangga Menjadi Muslim

Dari Nabi Ibrahim kita bisa belajar bahwa harus bangga sebagai seorang muslim. Nabi Ibrahim memiliki kebanggaan sbg seorang muslim yang memasrahakan hidupnya pada Allah.

Ibrahim meminta anak kerurunannya untuk memeluk Islam hingga akhir hayat. Bangga sebagai seorang muslim, karena Allah telah menunjukkan jalan kebenaran (Islam) sebagaimana dalam Q.S.  Al Baqarah 132.

Indonesia memiliki penduduk muslim mayoritas. Sudah selayaknya kita bangga sebagai muslim. Kebanggaan sebagai muslim harus kita landasi dengan selalu berpedoman pada nilai-nilai keislaman. Memberikan rahmat bagi sekitar kita. Bukankah islam adalah rahmatan lil alamin?

4. Memiliki Ilmu yang Banyak

Nabi Ibrahim adalah teladan bagi ilmu. Sikap kritis yang dimiliki Nabi Ibrahim membuat beliau memiliki ilmu yang banyak. Dengan ilmu yang dimiliki, beliau mampu melakukan banyak perbuatan-perbuatan besar. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Sad 45.

Dengan ilmu kita bisa banyak berbuat baik. Ilmu yang menuntun kita pada kebenaran. Jangan pernah ragu untuk selalu menuntut ilmu. Ilmu adalah cahaya.

5. Sangup Menghadapi Risiko

Nabi Ibrahim adalah orang yang sanggup menghadapi risiko dalam menegakkan kebenaran. Nabi Ibrahim rela dibakar hidup-hidup karena memagang teguh krimanannya. Sikap Nabi Ibrahim ini akhirnya membuat Allah membantunya. Dijadikannya api yang membakar Nabi Ibrahim itu dingin. Api tak mampu membakar Ibrahim, seperti yang terdapat di Q.S An anbiya 68-69.

Dalam kehidupan kita harus berani menanggung risiko. Jangan pernah takut dalam menegakkan kebenaran. Bukankah orang yang bisa maju adalah orang yang berani mengambil risiko. Mencari jalan terbaik untuk sukses. Mencoba berbagai inovasi untuk menghasilkan karya terbaik.

6. Kesanggupan Berkurban di Jalan Allah

Dari Nabi Ibrahim kita belajar untuk selallau sanggup berkurban di jalan Allah. Nabi Ibrahim rela mengorbankan jiwa dan raga demi mempertahankan agama Allah. Bahkan beliau rela mengkurbankan anak semata wayangnya, Nabi Ismail. Dimana kerelaan Nabi Ibrahim ini membuat Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing. Disini dimulai sunnah berkurban.

Setiap tahun umat Islam disunahkan berkurban. Kurban menunjukkan kerelaan kita mengeluarkan harta di jalan Allah.

Selamat Idul Adha, semoga kita bisa meneladani sifat-sifat Nabi Ibrahim. Membuat setiap dari kita adalah Ibrahim. Keluarga, jabatan, harta adalah Ismail yang kita cintai dan kita pertahankan. Allah tidak memerintahkan untuk membunuh Ismail. Melainkan membunuh rasa "memiliki" Ismail, karena semuanya adalah milik Allah. Semoga kita bisa memiliki kesalehan Ibrahim dan keikhlasan Ismail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun