Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idul Adha, Momentum Meneladani Ibrahim

12 Agustus 2019   08:23 Diperbarui: 12 Agustus 2019   08:45 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5. Sangup Menghadapi Risiko

Nabi Ibrahim adalah orang yang sanggup menghadapi risiko dalam menegakkan kebenaran. Nabi Ibrahim rela dibakar hidup-hidup karena memagang teguh krimanannya. Sikap Nabi Ibrahim ini akhirnya membuat Allah membantunya. Dijadikannya api yang membakar Nabi Ibrahim itu dingin. Api tak mampu membakar Ibrahim, seperti yang terdapat di Q.S An anbiya 68-69.

Dalam kehidupan kita harus berani menanggung risiko. Jangan pernah takut dalam menegakkan kebenaran. Bukankah orang yang bisa maju adalah orang yang berani mengambil risiko. Mencari jalan terbaik untuk sukses. Mencoba berbagai inovasi untuk menghasilkan karya terbaik.

6. Kesanggupan Berkurban di Jalan Allah

Dari Nabi Ibrahim kita belajar untuk selallau sanggup berkurban di jalan Allah. Nabi Ibrahim rela mengorbankan jiwa dan raga demi mempertahankan agama Allah. Bahkan beliau rela mengkurbankan anak semata wayangnya, Nabi Ismail. Dimana kerelaan Nabi Ibrahim ini membuat Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing. Disini dimulai sunnah berkurban.

Setiap tahun umat Islam disunahkan berkurban. Kurban menunjukkan kerelaan kita mengeluarkan harta di jalan Allah.

Selamat Idul Adha, semoga kita bisa meneladani sifat-sifat Nabi Ibrahim. Membuat setiap dari kita adalah Ibrahim. Keluarga, jabatan, harta adalah Ismail yang kita cintai dan kita pertahankan. Allah tidak memerintahkan untuk membunuh Ismail. Melainkan membunuh rasa "memiliki" Ismail, karena semuanya adalah milik Allah. Semoga kita bisa memiliki kesalehan Ibrahim dan keikhlasan Ismail.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun